Huda yang baru balik dari mushola rumah sakit, dibuat kaget dengan Khanza yang sudah duduk rapi di ruanganya lengkap dengan beberapa makanan. "Loh, kamu sama siapa ke sini, Sayang?" ia mendudukan diri di samping istrinya, menatap lekat Khanza yang masih sibuk dengan rujaknya.
"Tadi Khanza nebeng sama mas Iky," jawab Khanza sekilasnya, ia meraih tangan Huda untuk salim begitu pun Huda mencium singkat kening istrinya.
"Kan Mas bisa jemput, Sayang."
"Enggak apa-apa, Mas. Biar sekalian aja kasihan kamu capek nanti." Khanza ikut menyuapi Huda rujak.
"Sudah salat?"
"Sudah, Mas."
"Pelan-pelan Sayang makannya, kamu tahu kan kalau makan cepat buat pencernaan bekerja terlalu keras," ujar Huda, melihat kebingungan Khanza ia kembali menjelaskan. "Jadi gini loh Sayang, kalau kita makan cepat otomatis makanan juga cepat ditelankan. Padahal kita enggak tahu loh makanan yang kita konsumsi sudah dilumatkan dengan baik atau enggak oleh mulut, akibatnya usus harus bekerja jauh lebih keras dari biasanya."
"Iya, Mas maaf yah, Khanza hilap rujaknya enak banget, sih," sesal Khanza. Mereka sekarang sedang berada di ruang Huda menunggu jadwal untuk memeriksa kandungan Khanza.
Huda terkekeh, merasa gemas dengan ekspresi istrinya itu. "Iya, enggak apa-apa, Mas paham kok, Ya sudah ayok siap-siap sepuluh menit lagi kita harus konsul." Dengan semangat Khanza menerima uluran tangan Huda, mereka bergandengan ke maternity room, yaitu salah satu ruangan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit ini, suasana sekarang sudah sepi mengingat mereka pasien terakhir. Huda sengaja mengambil antrian terakhir agar lebih leluasa untuk konsul. Selain itu, pagi tadi Khanza ada bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya.
"Hasil test pack sudah dibawa kan, Sayang?" tanya Huda sambil membenarkan surai istrinya.
"Aman, Mas. Kata dokter Eva tadi, langsung masuk kan?" tanya balik Khanza yang dijawab dengan anggukan.
"Selamat siang, Dokter Eva," sapa Khanza dan Huda kompak dengan senyuman yang dibalas tak kalah ramah oleh dokter Eva.
Dokter Eva mulai bertanya kepada Khanza tentang kapan terakhir haid untuk mengukur usia kehamilan, dilanjutkan dengan melakukan USG transabdominal atau USG melalui dinding perut untuk melihat kondisi rahim serta keberadaan embrio, setelah itu Dokter Eva dibantu oleh dua orang perawat mulai memeriksa tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan, dan suhu tubuh.
Lanjut ke pemeriksaan fisik dan kandungan, yang pertama ialah pemeriksaan darah lengkap. Ini merupakan jenis tes darah dengan tujuan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin dialami ibu hamil atau janin. Pemeriksaan ini meliputi tes golongan darah, tes hemoglobin, leukosit, trambosit, hematokrit tes gula darah, tes skrining penyakit infeksi, dan tes genetik. Tak sampai situ dilanjut dengan cek ukuran rahim dan panggul untuk memastikan sel-sel serviks di dalamnya sehat.
"OK, hasilnya sudah keluar semua yah, untuk hasil pengecekan darah lengkap masih terkontrol, untuk usia kehamilan saya kira sudah di usia 4 minggu di mana di usia ini ukuran janin sebesar biji bayam atau biji kacang hijau, posisinya itu masih berada di uterus," terang Dokter Eva sambil menjelaskan hasil USG kepada Huda dan Khanza.
"Sekedar saran, ya, Za. Kalau bisa usahain makan makanan yang kayak akan nutrisi karena saat ini itu organ-organ tubuh calon bayi sedang dibentuk. Misalnya sayur hijau seperti brokoli atau enggak bayam mereka kayak akan vitamin K, kalsium, zat besi, serat, folat, maupun antioksida baik banget untuk mencegah sembelit juga."
"Baik, Dok."
"Huda jangan lupa istrinya diingetin, karena trimester satu ini sangat rentan dengan hal-hal sensitif."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...