~ Dalam situasi apapun cobalah untuk berpikir positif. Karena, pikiran akan mempengaruhi perkataan, dan perkataan mempengaruhi tindakan. ~
🩺♥Sebulan setelah perdebatan di taman, hubungan Khanza dan Huda kembali dekat. Bahkan ketika perpisahan sekolah kemarin, Huda ikut hadir dan sempat berfoto dengan semua keluarga besar Khanza, baik dari pihak ayah maupun bundanya.
Huda tak canggung sekalipun saat berinteraksi dengan sepupu Khanza yang lainnya. Khanza berencana untuk melanjutkan kuliahnya di kampus swasta masih satu yayasan dengan rumah sakit dan SMK-nya
"Mas Huda ngajar di semester berapa, sih?" tanya Khanza setelah hampir satu jam ia membantu Huda mengoreksi hasil ujian mahasiswanya.
"Tergantung. Emang kenapa?" tanya Huda tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya.
"Berarti kalau aku kuliah di sini, kemungkinan besar pasti Mas Huda ngajar di kelas aku?"
"Bisa jadi. Emang kenapa, sih? Takut, ya, kalau Mas galak di kelas?"
"Tahu, ah, mending aku main TTS aja."
"Emang bisa? Yakin betul semua?" tanya Huda memusatkan perhatiannya pada Khanza.
"Idih, nyepelehin banget."
Melihat reaksi Khanza, otomatis Huda mengacak rambutnya sambil terkekeh, merasa lucu dengan gadis pujaannya itu.
Khanza mulai sibuk dengan TTS-nya, sementara Huda kembali menginput nilai mahasiswanya.
"Huft, ini susah banget, sih."
"Kenapa?"
"TTS-nya susah."
"Yaudah minta bantuan aja," usul Huda.
"Enak aja. Tinggal tiga ini. Kalau minta bantuan, enggak bisa seratus, dong. Aku udah berjuang dari nol, masa nyerah di tengah jalan, sih," gerutu Khanza.
"Yaudah bacain soalnya, Mas bantu jawab."
"Gitu dong dari tadi."
"Lha, kamu kan enggak ngomong."
"Negara yang sebagian penduduknya bisa bahasa Jawa itu apa? Huruf S pertama, ada delapan kotak."
"Kamu enggak tahu itu?"
"Ya Allah, Mas. Kalau tahu, ngapain nanya?"
"Suriname."
"Oke, pas, ya, tapi belum tentu betul, lho."
"Terus apa lagi?"
"Negara di sebelah Barat Spanyol?"
"Anak PAUD juga tahu kalau jawabnya Portugal," cibir Huda membuat Khanza mendengus kesal.
"Kan, aku lupa."
"Tetap aja enggak tahu, 'kan?"
"Ih, aku tahu, ya, cuman lupa aja," protes Khanza.
"Ya udah, soal terakhir apa?"
"Sungai terpanjang di Indonesia? Eh, tunggu ini! Aku tahu jawabannya!" seru Khanza heboh.
"Apa hayo?"
"Kapuas, 'kan? Yeh, seratus! Yuhu! Kamu pintar banget, sih," seru Khanza sambil memuji diri sendiri.
"Iyain aja. Nanti lagi lanjut TTS-nya, kita makan siang dulu gimana?"
"Tumben Anda peka." Khanza menerima uluran tangan Huda kemudian berjalan ke parkiran.
"Sebelum resmi jadi mahasiswa, liburan, yuk!"
"Ke mana emangnya, Mas?"
"Ke puncak gimana? Biar rame-rame, pasti seru."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...