33. Tikus dan pengorbanannya

731 45 1
                                    

~Rezeki tak selalu berbentuk uang~
🩺♥

"Khanza di mana?" Flora bertanya sembari mendudukan diri di samping Huda.

"Udah tidur ma,"

"Kamu jangan keras-keras sama istrimu nak. Mama panik banget tadi, ditambah lagi kata papa kamu ngusir dia dari kelas." Huda tersenyum mendengar itu. Ia menghentikan pekerjaannya sejenak kemudian memfokuskan diri mendengar Flora.

"Huda cuman berusaha profesional ma, Huda tahu sebagai suami tindakan Huda tadi itu salah. Di kelas aja Huda mati-matian tahan diri enggak keluar buat peluk dia." Huda berusaha menjelaskan semua kepada Flora, ia merasa senang karena Flora begitu menyayangi Khanza yang notabene cuman menantu tapi dianggap seperti anak sendiri oleh mamanya itu.

"Yang buat Huda sedikit kesal, karena pagi tadi Huda udah menawarkan diri buat jemput dia di rumah bahkan sampai lima kali Huda tanya tapi dia kekeh mau berangkat sendiri." lanjutnya.

"Iya mama paham, yaudah kamu lanjut lagi kerjaannya. Mama mau ke rumah mertuamu juga nih"

"Ngapain? Huda anterin aja deh ma."

"Papa kamu yang ajak, katanya ada pertemuan bisnis. Enggak usah kamu mending istirahat temani mantu mama."

"Iya ma, Huda juga mau ke kamar ini." setelah itu, Huda membereskan kembali berkasnya.

Huda menaiki undakan tangga satu per satu, sebelum ke kamar ia keruang kerja terlebih dahulu untuk meletakkan berkas rumah sakit, ia merasa bingung karena pintu yang terbuka, perasaan tadi sebelum ke bawah ia sudah menutupnya.

"Mas dari mana?" 

Khanza muncul tiba-tiba dari dapur kecil di samping pintu.

"Loh sayang, kenapa di sini?"

"Aku cari mas Huda tadi, karena haus aku ngambil minuman di kulkas itu tadi. Maaf yah mas."

"Iya sayang, kakinya astaga nanti bengkak lagi loh. Ayok mas bantu ke kamar." Huda menggendong Khanza mengantarnya kembali ke kamar, ia merebahkan Khanza secara lembut kemudian mengatur kembali posisi agar bengkak di kakinya tak semakin bertambah.

"Maaf yah, mas tadi di bawah makanya enggak ada di ruang kerja. Kok cepat bangun nya, belum ada sejam loh kamu tidur nya." ujarHuda lembut, ia ikut merebahkan diri di samping Khanza.

"Mas peluk." 

Mendengar rengekan istrinya itu Huda terkekeh, dengan senang hati bahkan tanpa diminta, Huda tetap akan memeluk Khanza.

"Mas, benar enggak sih, kata kak Siska, kalau penelitian di laboratorium di semester 5 nanti pakai tikus?"

"Siska, siapa sayang?"

"Kakak tingkat aku dia semester 5, dia baik loh mas."

"Iya benar pakai tikus, kenapa? Istri mas takut tikus?"

"Enggak kok, kak Siska yang takut katanya dia sempat tremor. Emang harus tikus banget yah mas."

"Enggak harus sih, cuman ya memang dari pihak kampus menyarankan pakai tikus. Selain dari sisi medis dari sisi islam juga di sunnahkan. Menurut buku kitab induk fiqih islam oleh Imam Asy-Syafi'i tikus ini masuk ke golongan hewan Fasiq. Tau enggak Fasiq itu apa sayang?"

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang