41.Mantu Sultan

797 45 0
                                    

Huda, Khanza, dan Dhuri mengobrol santai di taman belakang sambil menunggu kepulangan Flora dari pasar. "Khanza enggak pengen makan sesuatu sayang?" tanya Dhuri setelah menyeruput kopinya. Huda menatap malas papanya itu, entah sudah berapa kali papanya bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Kalau sekarang Khanza belum mau apa-apa, sih, Pa."

"Kalau kamu malu minta sama Huda, ngomong langsung ke Papa. Papa enggak mau kalau cucu papa nanti ileran," desak Dhuri sambil menatap remeh Huda.

"Maksud Papa apa, ya, ngomong kayak gitu? Papa kira Huda nggak becus gitu? Lagian di kedokteran enggak ada hal kayak gitu."

Khanza mendengus kesal dengan respon Huda, apakah ia tak sadar kalau papanya sedang menjailinya.

"Dih, emang ada kalimat Papa ngomong kayak gitu?" balas Dhuri santai, jangan lupa ekspresi muka yang belagu.

"Papa mending kerja, deh, sana! Ganggu tahu enggak, sih?"

"Dih terserah saya dong, yang bos saya, kok, situ yang repot?" Khanza ingin menghilang rasanya melihat pertengkaran antara anak dan ayah itu. Baik dari keduanya tak ada yang mau mengalah.

"Mas, Khanza laper." Mendengar itu mereka berdua langsung terdiam. Huda menatap Khanza horor. "Kita baru sarapan loh, belum ada satu jam kamu udah laper?" tanya Huda aneh, Khanza meringis malu.

"Emang kenapa sih? Hal normal juga istri kamu itu lagi hamil Huda," ucap Dhuri dengan kebodohan anaknya itu. Ia merasa heran bagaimana Huda bisa mendapatkan gelar spesialis secepat itu.

"Oh iya, Mas lupa, maaf mau makan apa?" tanyanya antusias.

"Papa bisa masak enggak?" tanya Khanza kepada Dhuri membuat Huda protes. "Kok tanya Papa? Kan ada Mas di sini, Sayang."

"Bisa, Sayang. Kamu mau makan apa? Biar Papa masakin." Khanza tak menghiraukan protes Huda.

"Sayangnya mama, maaf, ya, kalian pasti nunggu lama," ucap Flora heboh. "Loh, kok, ekspresi Huda kayak enggak senang gitu, kenapa?" Heran Flora sambil mengelus perut Khanza.

"Cemburu dia tuh, Ma. Gara-gara istrinya ngidam minta Papa yang masakin," jelas Dhuri membuat Flora geleng-geleng tak percaya.

"Emang Khanza mau makan apa?" tanya Flora, mereka menunggu jawaban Khanza. Dhuri sedikit khawatir, takut menantunya itu minta yang aneh-aneh.

"Khanza lagi pengen makan sup ayam cemani, sama lobster udang asam manis," jawab Khanza mantap.

"Enggak apa-apa ibu hamil makan seafood, bukanya biasanya banyak merkuri yah?" bisik Flora pelan kepada Huda, takut menantunya tersinggung. "Boleh, Ma. Malahan kandungan nutrisi di seafood baik untuk janin, asal jangan berlebihan aja dan cara pengelolahanya itu yang terpenting."

"Ayam cemani beli di mana?" Dhuri ikut berbisik. "Kurang tahu, coba Huda cari di internet dulu. Papa bisa kan masak menu satunya?" Tanya Huda cemas. "Bisa, Papa kamu jago masak meskipun jarang ke dapur," jawab Flora menepis keraguan Huda. "Emang iya?, kok, Huda was-was ya?"

"Idih kamu aja yang jarang di rumah, makanya kalau libur tuh pulang bukan malah berdiam diri di rumah sakit."

"Nanti dulu ayam cemaninya ini gimana, jarang banget dijual di supermarket," jengah Dhuri melihat Istri dan anaknya yang masih sibuk debat dengan hal yang tidak penting.

"Minta bayar ayam pak RT aja, dia kan punya dua tuh, biar mama yang pergi entar. Papa tenang aja."

"Ogah! Bilang aja ini alibi Mama buat ketemu mantan, kan?" sentak Dhuri sinis.

"Kan aku udah bilang kalau Pak Ridwan bukan mantan aku, cuman, ya, pernah dekat aja dulu."

"Pengen percaya, sih, tapi malas gimana, dong?"

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang