~Obat aja bisa dipatenkan, masa hubungan kita enggak? ~
🩺❤
_dr.Gombal_"Mas!"
Huda yang sedari tadi sibuk dengan rekam medis pasien mengalihkan fokusnya ke Khanza. Niat Khanza datang ke rumah sakit untuk menemani bundanya yang menjenguk teman yang sakit, malah kini ia berakhir di ruangan Huda.
"Kenapa?"
"Aku mau ngomong sesuatu."
"Hm?"
"Kamu serius suka sama aku?"
"Kamu pikir aku lagi becanda?" Huda menopang dagu sambil menatap Khanza serius.
"Bukan gitu, sih, Mas. Aku rasa aku nggak cocok aja sama kamu."
"Alasannya?"
"Aku cengeng, manja, dan pokoknya masih jauh dari kata cocok untuk kamu yang masyaallah ini."
Tuk! Huda menyentil kening Khanza.
"Berapa kali aku bilang? Aku enggak cari yang sempurna, tapi aku cari yang terbaik. Seribu juta kali pertanyaan yang sama diajukan dan jawabnya tetap, kamu yang terbaik! Kamu masih ragu sama aku?"
"Aku nggak ragu sekalipun sama kamu. Aku ragu sama diri aku sendiri. Aku takut Mas akan kecewa."
"Logikanya gini, perasaan kecewa itu muncul ketika kita berekspektasi terlalu tinggi akan sesuatu. Oleh sebab itu, Mas mau kamu terima aku apa adanya, begitu pun sebaliknya. Sebenarnya rasa kecewa itu muncul, ya, karena diri kita sendiri. Bukan bermaksud untuk menyalahkan diri sendiri, tapi coba, deh, ingat kembali, mungkin ini memang salah kita. Kenapa terlalu banyak berharap, terlalu banyak percaya, dan kenapa terlalu terbawa perasaan? Saat kamu tergelincir, lalu jatuh di lantai yang licin, apa kamu menyalahkan lantainya? Tidak, 'kan? Nah, itu juga dengan hubungan kita. Mas mau kamu jadi diri kamu sendiri dan jangan dengerin kata orang! Bodoamat itu penting."
Mendengar itu membuat Khanza terharu, bahkan tak menyangka Huda menjawab seperti itu.
"Apa lagi yang membuat kamu ragu? Sampaikan, jangan dipendam sendiri," ujar Huda sambil mengusap-usap kening Khanza.
"Maaf karena egois. Aku cinta Mas."
"Kamu ngomong apa?"
"Aku cinta kamu, Maulid Huda Ad-Dhuri! Mulai hari ini hubungan kita dipatenkan!" ulang Khanza.
Huda mencium kening Khanza lalu memeluknya erat dengan tersenyum. "Akhirnya perjuanganku nggak sia-sia," gumamnya yang masih setia memeluk Khanza.
"Terima kasih sudah mau menunggu sejauh ini."
"Mas nggak sabar liat tingkah manja kamu," goda Huda sambil melepaskan pelukannya.
"Awas nyesel lihat tingkah aku yang sebenarnya."
"Kenapa nyesel? Mas udah ngambil jalan ini dan mau gak mau harus siap juga dengan konsekuensinya."
"Kenapa, sih, Mas kamu buat aku baper terus?"
"Kenapa, sih, kamu buat aku jatuh cinta mulu?" balas Huda mengikuti nada bicara Khanza.
"Mas, boleh gak kalau kita pacarannya gak perlu terlalu lama-lama?"
"Maksudnya?" tanya Huda tak mengerti.
"Kalau Mas benar-benar serius, Mas datangi aja orang tua aku. Intinya, paling nggak kita tunangan dulu biar jelas. Percuma pacaran lama-lama, Mas. Mending langsung diikat," jelas Khanza, mendengar itu membuat Huda tersenyum manis.
"Mas terserah kamu aja. Diajak ke KUA sekarang juga Mas bakal ladenin," balas Huda kelewatan santai.
"Ih, aku serius malah dibecandain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...