Setelah pemeriksaan antenatal care atau biasa disingkat ANC, Khanza dan Huda langsung pamit untuk pulang. Kali ini pemeriksaanya berjalan lancar, mulai dari tensi Khanza yang sudah normal di 120/80 mmHg, status gizi dan LILA atau lingkar lengan atas juga sesuai, tadi juga ia mendapat imunisasi tetanus toksoid, di mana imunisasi ini biasanya diberikan sebanyak lima kali dengan selang waktu yang berbeda-beda.
"Pantas akhir-akhir ini suka nonton barbie, babynya perempuan ternyata." Antusias Aulia setelah mendengar penjelasan menantunya mengenai jenis kelamin cucu pertamanya sambil memperhatikan hasil USG.
"Iya Bun, maa syaa allah banget Mas Huda sampai nangis tadi."
"Tangis bahagia, Sayang." Huda mengoreksi cepat.
"Bunda tinggal sebentar nggak apa-apa, ya? Bunda mau ke kantor antar makan siang."
"Iya, Bunda, nnggak apa-apa"
"Ya sudah Bunda pamit dulu, assalamualaikum."
Tak lama setelah kepergian Aulia, teman-teman Khanza datang membuat kehebohan.
"Ah bumilnya aku apa kabar?" tanya Nia heboh tanpa salam langsung nyelonong masuk.
"Woi Nia, salam! Stress emang tuh anak," celetuk Jupri kesal.
"Jeruk ngatain jeruk," sindir Ucup membuat Jupri semakin jengkel.
"Siapa yang ngundang kalian ke sini?" tanya Khanza berniat menggoda mereka.
"Dokter Huda," jawab keenamnya kompak.
"Sebenarnya nggak terima tamu, sih."
"Kampret loh, Za."
"Bad attitude, control of tongue," sindir Huda, Anggi yang mendengar itu langsung meringis takut melihat ekspresi dingin mantan dosennya itu.
"Kita diundang ke sini buat makan-makan, Dok?" tanya Kevin yang didesak oleh Jupri, ia mengancam akan mengumbar aib Kevin yang tidur ngorok dengan air liur yang menetes jika tidak mau bertanya. Selalu saja ia yang menjadi tumbal.
"Dih, baru berkunjung udah minta makan, sudah enggak bawa buah tangan lagi. Kalian sebenarnya niat datang apa enggak sih?" tanya Khanza cemberut.
"Niat, sih, Za, makanya kita semua sengaja enggak makan di rumah," jawab Putra yang terkenal paling diam di antara mereka semua. Khanza mendengus kesal mendengar itu.
"Kamu, kok, bisa temanan sama manusia model begini, sih, Sayang?" tanya Huda sambil menatap ngeri ke arah teman Khanza satu per satu.
"Sayang nggak tuh?" goda Ucup.
"Kalian mau makan di mana?" tanya Huda akhirnya.
"Budget-nya berapa dulu, Dok?" Melihat tatapan mematikan dari yang lain, Jupri langsung melanjutkan kembali perkataanya "Maksudnya biar enak cari tempat gitu."
"Emang ada saya ngomong mau traktir kalian? Saya cuman nanya loh mau makan apa? Pantas sering di-ghosting, pertanyaan sepeleh kayak gini aja sering disalahartikan," sindir Huda pedas, mereka langsung tertawa ngakak melihat ekspresi sedih yang Jupri tampilkan.
"Saya cuman becanda, saya yang teraktir masalah biaya kalian tidak usah khawatir, saya tidak akan bangkrut hanya karena menghabiskan 1M untuk kalian makan." Mereka semua bahkan Khanza pun ikut bersorak gembira.
"MAKAN GERATIS GASSSSSS." Huda geleng-geleng melihat tingkah unik mereka. Mereka semua sudah kepala dua, tapi tingkah layaknya anak TK yang diberikan permen kapas.
Sesampainya di restoran, mereka tak kalah heboh saat memilih menu. Jupri dan Ucup yang sedang berebutan buku menu, Kevin dan Putra yang sibuk mencari calon jodoh, sementara Anggi dan Nia berselfi ria di segala sudut restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...