~ Hidup adalah serangkaian peristiwa dengan berbagai hal yang menjadikan kita dewasa. Apapun yang terjadi, garis tuhan tak akan pernah keluar dari batas diri.~
💉
❤️Sesuai dengan rencana, Khanza dan gengnya benar-benar kumpul di malam Minggu ini. Kali ini lokasi mereka di rumah Jupri.
"Cie ... yang lagi marahan sama Mas Dokter," goda Nia yang membuat Khanza mengerutkan kening karena tak mengerti.
"Maksudnya gimana, ya?" tanya Putra mewakili teman-temannya.
"Gue baru dapat berita heboh, Gaes!" seru Nia.
"Paan, woi! Penasaran banget." Ucup bergeser ke samping kanan Nia.
"Jadi, tadi pas gue jemput Khanza, enggak sengaja, tuh, ketemu sama Pak Rizky." Nia mulai bercerita, sedangkan Khanza merasa jengah mendengar ocehan itu dan ia memilih untuk bermain ponsel saja.
"Terus?"
"Nah, Pak Rizky nanya, Khanza masih marah atau enggak sama Dokter Huda, soalnya ditelponin enggak diangkat."
"Terus!"
"Karena kepo, gue tanyain masalahnya apa ke Khanza." Nia menatap temannya satu per satu.
"Bisa to the point gak, sih?" Anggi mulai malas dengan obrolan mereka.
"Tahu, tuh, dari tadi muter mulu," sahut Kevin.
"Ish! Tanya ke Khanza aja, deh, bi—" Belum selesai Nia ngomong, mereka sudah lebih dahulu bangkit dan duduk di samping Khanza. "Eh, dikasih udah dikasih jantung malah minta ginjal kalian, ya!" omelnya, tetapi tak ada yang respon.
"Udah kuduga. Nyesel banget cerita sama Nia! Ish! Mulutnya ember banget!" omel Khanza ketika mendapat tatapan penuh tanya dari semua temannya. Tak lama itu, ia mulai menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu.
"Wah, parah, sih, Za. Menurut gue, Dokter Huda gak salah apa-apa. Jadi, enggak sepantasnya lo marah sama dia," ucap Putra setelah mendengar cerita Khanza.
"Setuju, sih. Cuman, mau gimana pun, perkataan Dokter Huda terlalu kasar," tambah Anggi.
"Ya, siapa tahu juga Dokter Huda saat itu ada masalah, makanya ngelampiasin ke lo, Za." Jupri ikut menyuarakan pendapatnya.
"Udah, sih! Lagian udah berlalu juga." Khanza mulai risi dengan topik pembicaraan ini.
"Tahu, tuh, Bro. Kita, kan, tamu, enggak ada makanan atau minuman gitu?" sindir Ucup.
"Udah tamu, ngerepotin lagi," balas Jupri sambil berjalan menuju dapur.
Di lain sisi, Huda merasa uring-uringan karena pesannya hanya dibaca oleh Khanza. Ia tak mengerti ada apa dengan perasaannya akhir-akhir ini. Ia masih memungkiri bahwa ia memiliki rasa dengan Khanza. Ia selalu merasa kalau Khanza itu adiknya, tetapi berkat godaan maut dari temannya, mau tidak mau ia mengaku kalau ia memang memiliki rasa lebih dengan Khanza.
Menurut Huda, jarak usia di antara mereka tidak jadi masalah karena dewasa tidak ditentukan oleh usia. Toh, banyak orang di luar sana yang berusia lanjut, tetapi sifat dan sikap mereka seperti anak kecil.
Kini, seorang Maulid Huda Ad-Dhuri yang sudah menyandang status jomlo terhormat sejak lahir, merasakan getaran aneh setiap bersama dengan Khanza, seperti ... bahkan untuk menjabarkannya dengan kata-kata pun sulit. Anggap saja itu alay, tetapi memang itulah kenyataannya.
••●●••
Khanza bersiap-siap karena pagi hari ini Rizky mengajaknya untuk berlibur, meskipun awalnya Khanza menolak karena ia sudah memiliki rencana dengan temannya. Jadi, Rizky berinisiatif untuk mengajak mereka sekalian dan untungnya juga mereka mau ikut. Namun, siapa sangka kalau Huda juga ikut, bahkan dari tadi pagi Huda sudah berada di depan rumah Khanza, tentu saja untuk menjemput gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...