~Yang kamu inginkan, tak selalu baik untukmu.~
💉
❤️"Tanam-tanam ubi, tak perlu dibajak. Bacotlah kau babi, mampuslah kau babi."
"Astaghfirullah, Jupri! Orang buat lagu bagus-bagus malah seenak jidat lo ganti," omel Ucup ketika mendengar nyanyian Jupri, bahkan yang lain melongo.
"Halah, gak usah sok suci! Orang gue denger lagu ini karena lo yang nyanyi, kok." Jupri membela diri.
"Parah, sih, lo berdua," sahut Kevin.
"Lha, apa salahnya? Gue cuman nyanyi. Lagian itu lagu Ucup yang buat."
"Eh, Kampret! Kemarin gue nyanyi asal aja. Gue udah lupa liriknya malah lo ingetin lagi."
"Kalian berdua cocoknya praktik di rumah sakit jiwa ketimbang rumah sakit umum kayak gini," ucap Khanza yang membuat teman lainnya tertawa.
"Jahat banget, sih. Gini-gini juga teman lo, Za."
"Idih, maaf. Emang kita kenal?" tanya Khanza polos kemudian masuk ke dalam.
Setalah apel pagi, mereka istirahat sepuluh menit lalu langsung siap-siap penyuluhan di ruangan masing-masing. Setiap kelompok wajib membuat leaflet yang akan dibagikan ke masing-masing pasien dan keluarga.
Huda juga memberikan kebebasan untuk memilih anggota sendiri yang masing-masing berisi dua orang, kecuali poli karena langsung turun dua belas orang.
Selain penyampaian materi tentang penyakit yang sering muncul di masyarakat, mereka menyampaikan dua materi tambahan, yaitu Etika Batuk dan Cara Cuci Tangan.
"Untung gue ruangan Anggrek, pasiennya cuma lima," ucap Ucup yang satu kelompok dengan Jupri.
Sebenarnya, Ucup pengen satu kelompok dengan Khanza, tetapi Khanza terlebih dahulu dengan Kevin. Sementara itu, Anggi dengan Putra, Nia dengan Tina.
"Lha, apa kabar gue yang pasiennya cuman tiga," balas Nia tak kalah heboh.
"Gue yang empat belas diam aja," sahut Anggi.
"Kira-kira siapa yang ngawasin ruang Anggrek?" celetuk Putra.
"Ngawas maksudnya?" tanya Jupri tak mengerti.
"Lha, emangnya lo gak tahu kalau setiap ruangan itu diawasi sama perawat dan dokter masing-masing satu, ya? Nanti mereka yang ngenilai, penyuluhan kita berhasil apa enggak," jelas Putra.
"Seriusan? Tahu gitu enggak gue pilih si Ucup. Yang ada entar ngelawak," ucap Jupri heboh.
"Hai, Jin Galon! Siapa juga mau satu kelompok sama lo! Yang ada emak gue istighfar liat nilai gue."
"Kurang ajar lo, ya!"
Cekcok mereka terus berlanjut, bahkan mereka tidak sadar kalau teman lainnya sudah bersiap-siap ke ruangan masing-masing.
"Za, nanti lo apa gue yang nyampein materi?"
"Terserah, sih, Vin."
"Ya udah, gue aja untuk materi pertama, terus pas cuci tangan sama etika batuknya baru lo, gimana?"
"Boleh, deh. Kira-kira siapa penguji kita, ya?"
"Enggak tahu juga."
Lima menit sebelum waktu penyuluhan dimulai, peraturan dirubah oleh Purna. Ia menetapkan bahwa hari kedua mereka akan memberikan penyuluhan hanya kepada keluarga pasien, hari ketiga untuk pasien secara langsung, melakukan tindakan, yaitu personal hygine. Entah itu memotong kuku atau mencuci rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...