10. Air & Rindu

1.2K 76 0
                                    

~Kita ibarat kehidupan, membutuhkan takaran yang pas~
💉
❤️

"Potong ayam, potong kakinya. Kalau ayamnya digoreng, enaklah rasanya. Oh, ayam potong, ayamnya dipotong-potong. Nananana!" Arjun bernyanyi dengan lirik dan nada karyanya sendiri.

"Kalian kenapa?" tanya Huda yang baru masuk, menatap mereka yang tengah berbaring di lantai dengan muka yang dipenuhi keringat.

"Huda, lo lihat kaos kaki ini? Dari bau bunga bangkai menjadi bau yang hm ... sungguh harumnya," ucap Arjun yang baru saja keluar dari dalam sembari mengibaskan kaos kakinya di udara.

"Jemur sana!" seru Huda.

"Lha, kok, dia yang ngatur kita? Padahal dia yang termuda!" decak Arjun seraya berbaring di samping temannya kemudian menunjuk Huda.

"Alay lo! Gimana acara besok? Berapa persen?" tanya Huda sambil mendudukkan dirinya di sofa.

"Delapan puluh," balas Rizky dengan mata yang senantiasa terpejam.

Kemudian Huda bangkit dan berjalan keluar.

"Hai, Dok," sapa Khanza.

"Hm," balas Huda sambil melewati Khanza.

"Kenapa harus ditegur, sih? Harusnya lewat aja! Padahal cuman mau nanya. Khanza juga mau damai. Kalau gak mau juga gak papa kali," oceh Khanza lalu bergegas ke parkiran. Toni sudah menunggu sejak tadi.

Khanza sampai di rumahnya tepat pukul tiga sore. Suasana di luar masih diguyur hujan.

"Makasih, Pak," ucap Khanza pada Toni.

"Hai, Sayang, sini!" panggil Azka menepuk kursi di sebelahnya ketika melihat Khanza masuk.

"Gimana kegiatan hari ini? Lancar?"

"Lancar, dong, Yah."

Tidak lama kemudian Aulia pun datang dengan membawa nampan berisi teh yang mengepulkan uapnya ke udara dan setoples biskuit.

"Hujannya awet banget," ucap Aulia kemudian mendudukan dirinya di samping Khanza.

"Bun, setuju nggak kalau hujan turun buat mood kita berubah, bahkan bisa jadi galau," tanya Khanza setelah meneguk tehnya. Ia tipikal orang yang kurang suka mencelupkan biskuit ke dalam teh.

"Iya, sih, Bunda juga kadang ngerasa begitu."

"Bunda ngegalauin apa?" celetuk Azka.

"Biasalah."

"Kok, bisa gitu, ya?" gumam Khanza.

"Pernah dengar nggak kalau cuaca memengaruhi perilaku seseorang?" tanya Azka.

"Pernah," jawab keduanya kompak.

"Nah, ini juga berlaku pada hujan. Cuaca buruk membuat seseorang menjadi negatif. Kayaknya ini ada kaitan sama medis juga, tapi Ayah kurang tahu. Hujan tak hanya membuat kita galau, bahkan bisa membuat kita bermalas-malasan di rumah. Setuju nggak, Bunda?"

"Kamu nyindir aku?"

"Enggak, Ayah cuman nanya. Enggak selamanya hujan bikin galau, Kak."

"Iya, Kak. Zaman Bunda dulu, hujan bawa cinta. Udah gitu naik motor bareng pasangan. Seru lagi kalau dingin-dingin bisa pelukan sesuka hati," tambah Aulia sambil terkekeh geli.

"Oh, polisi itu," sahut Azka menyindir.

"Hah? Hubungannya apa?"

"Kamu enggak pernah naik motor hujan-hujanan sama aku! Pasti sama polisi itu. Emang mantan kamu selain itu siapa lagi?" balas Azka ketus.

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang