♥🩺
Khanza menatap kesal Aulia dan Flora yang sedari tadi tak mengizinkannya untuk membantu mereka di dapur. Huda merasa geli dengan ekspresi istrinya itu. Bahkan saat Aulia mengajaknya bicara Khanza hanya menjawab seperlunya saja. "Udah sayang, jangan natap kaya gitu lagi dosa loh." Huda membawa Khanza untuk duduk di ruang keluarga, sementara Azka dan Dhuri sedang sibuk dengan berkas perusahaan di taman belakang.
"Akukan cuman pengen bantu mas, lagian aku baik-baik aja kok. Apa-apa di larang, mau ngambil air juga di larang." Adunya, Huda menggengam tangan Khanza mengelusnya berusaha memberi pengertian terhadap istri kecilnya itu.
"Itu salah satu bentuk kasih sayang nyata dari mama sama bunda, mereka cuman enggak mau kamu kenapa-napa sayang. Mau dengar mas cerita engga?"
"Cerita? Boleh." Huda tersenyum melihat respon Khanza.
"Kamu pernah dengar kisah sahabat nabi yang namanya Alqamah?" Tanya Huda, Khanza yang tak tahu hanya menggeleng sebagai jawaban. Pokusnya sekarang sepenuhnya pada Huda, merasa tertarik dengan topik pembahasannya sekarang.
"Mas ceritain yah, kita belajar sama-sama dari kisah ini. Jadi Alqamah ini merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dikenal sangat taat dalam beribadah bahkan setiap ada kesempatan ia selalu bersedekah. Namun sayang semuanya berubah setelah ia menikah. Ia mulai sibuk dengan urusan rumah tangganya bahkan jarang memperhatikan ibunya yang masih hidup"
Khanza mendengar cerita Huda dengan serius, mukanya begitu polos membuat Huda ingin mengurungnya. "Ih mas kok berhenti, dilanjutin dong masa setengah-setengah." Protesnya membuat Huda tertawa gemes.
"Iya mas lanjutin, habisnya ekspresi kamu lucu banget. Mau tak mau akhirnya si ibu ini tinggal sendirian di pondok. Meski sudah berlalu beberapa lama di pondok, namun tetap saja Alqamah tidak menjenguknya. Hal tersebut membuat ibunya kecewa, ia merasa berkecil hati terhadap sikap anaknya yang kurang memperhatikan dirinya. Suatu hari Alqamah diketahui sedang sakit parah. Nah kalau mau tahu kelanjutanya cium dulu." Ucap Huda sampil menepuk pelan pipi kanannya.
Khanza cemberut meskipun begitu ia tetap mencium Huda karena sudah merasa penasaran dengan kelanjutan ceritannya. "Sudah lanjut lagi!"
"Setelah itu semua keluarganya datang menjenguk sampai satu rumahnya dipenuhi sanak saudaranya. Akan tetapi, di rumah Alqamah ibunya itu belum datang sedangkan Alqamah sudah dalam keadaan sakaratul maut. Melihat kondisinya yang sudah mendekati kematian, para keluarganya mentalqin kalimat tauhid. Kamu tahu enggak apa yang terjadi?"
"Apa emangnya?" Jawab Khanza cepat.
"Alqamah tidak bisa mengikutinya, hal itu diulangi secara berkali-kali tetapi tetap saja Alqamah belum bisa menirukannya. Justru sekarang mulut Alqamah tertutup, ia membungkam seribu bahasa. Yang terlihat hanya wajahnya yang gelisa dengan kedua mata yang sudah membengkak. Wajahnya itu seakan memberi pesan minta tolong. Melihat kondisinya yang semakin parah, membuat para keluarga dan sahabatnya yang hadir merasa heran."
"Khanza yang dengar aja juga ikut heran, padahal dia dikenal rajin ibadah loh." Timpal Khanza.
"Nah benar, menurut mereka Alqamah adalah teladan yang baik untuk ditiru semasa hidupnya. Di waktu yang sama, sebagian sahabat yang hadir segera menghadap dan melapor kejadian ini kepada Rasulullah SAW. Baginda nabi kemudian mengutus beberapa sahabat untuk menjenguk Alqamah dan melihat kondisinya secara dekat, para sahabat nabi ingin mencoba mentalqin kalimat tauhid kembali kepada Alqamah." Huda menjeda ceritanya, ia mengusap peluh yang ada di kening Khanza dengan tisu yang selalu tersedia di atas meja.
"Lanjut mas!"
"Setibanya di rumah Alqamah, seketika itu juga para sahabat nabi ingin mencoba mentalqin kalimat tauhid itu, namun hasilnya tetap seperti sebelumnya Alqamah tidak mengikuti sama sekali. Bahkan Alqamah sekarang terlihat semakin gelisah dan sangat menakutkan sehingga para sahabat memutuskan untuk menjemput Rasulullah SAW. Baginda hadir di depan Alqamah, sahabat yang setia itu. Dengan hati yang cemas dan penuh kasih sayang, Rasulullah SAW mentalqin kalimat tauhid."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...