~Aku akan bergaransi seumur hidup untukmu~
❤🩺"Sayang, bangun! Subuhan dulu, yuk, kita!"
Huda membangunkan Khanza yang sangat pulas. Sebenarnya ia pun tak tega, pasti istrinya itu kelelahan, tetapi mau gimana lagi.
"Hai, Sayang! Bangun dulu! Mas mau pamit ke masjid dulu, ya," ucap Huda lagi.
Khanza tersenyum melihat Huda yang sudah rapi dengan baju kokonya. "Iya, Mas. Maaf telat bangun."
"Enggak papa, Sayang. Udah, sana mandi kamu! Jangan lupa salat! Mas pamit dulu."
Setelah kepergian Huda, Khanza membereskan tempat tidurnya. Setelah itu, bergegas ke kamar mandi sebelum melaksanakan salat subuh.
"Pagi, Bunda, Mama, Acha!"
Khanza mengecup pipi Aulia dan Flora. Ketika ia hendak mencium Acha, langsung saja dipelototi hingga ia pun mengurungkan niatnya. Tak ambil pusing, ia pun bergabung untuk mempersiapkan sarapan.
"Assalamu'alaikum."
Bertepatan oleh kedatangan para kepala keluarga yang baru pulang dari masjid, makanan sudah tertata rapi di atas meja.
"Masyaallah, nikmat Tuhan yang mana lagi yang kaudustakan?" ujar Azka sambil mendudukkan diri dan diikuti oleh yang lainnya.
"Mas mau lauk apa?" tanya Khanza.
Oh, jangan lupa semua gerak-geriknya tak lepas dari tatapan semua penghuni meja makan, kecuali Huda. Apalagi Raisa alias Acha yang sudah senyam-senyum melihat interaksi Huda dan Khanza, ditambah Khanza yang keramas tadi, padahal ia keramas karena surainya sudah sangat lepek.
"Samain sama punya kamu aja, Sayang," jawab Huda membuat yang lainnya terbatuk-batuk kompak.
"Kesedak liur sendiri," celetuk Azka berusaha untuk mencairkan suasana di sana, sementara Khanza dan Huda menatap mereka aneh.
"Udah, dilanjut lagi! Habis ini kalian istirahat aja, persiapan untuk nanti malam," ucap Dhuri dan disetujui yang lainnya. Sarapan pun kembali berlanjut.
••●●••
Momen paling ditunggu-tunggu pun tiba. Aula sudah ramai dengan kedatangan para tamu. MC mulai membuka acara dan rombongan keluarga mengiringi Huda dan Khanza untuk duduk di pelaminan.
Huda begitu gagah dengan setelan jas hitam, sementara Khanza terlihat begitu anggun dengan gaun putih dan hijab senada. Suasana begitu meriah. Setelah itu, Azka dan Dhuri memberikan sambutan dan ucapan terima kasih kepada para tamu yang menyempatkan diri hadir di malam ini.
Para tamu mulai berdatangan dan mengucapkan selamat. Acara ini benar-benar ramai dan meriah.
"Selamat, Bro! Sudah sah, woi!" ucap salah satu rekan dosen Huda.
"Terima kasih. Selamat menikmati," balas Huda.
"Selamat, ya, Cantik!"
Mendengar itu, Huda menarik Remi menjauh dari istrinya. Ia menatap Remi sinis.
"Makasih, Pak," ucap Khanza sambil terkekeh.
"Udah, sana turun! Gak lihat antrian udah rame?" sungut Huda dengan kesal.
Remi mendengus kesal lalu turun dari sana.
Huda menatap Khanza. "Capek, Sayang?"
Khanza menjawab dengan anggukan.
"Kamu duduk dulu aja!"
Setelah itu, rombongan Purna dan gengnya mulai membuat ricuh.
"Yang dapet jatah, mukanya bercahaya banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...