Sebulan yang lalu saya mengedit naskah seorang teman yang novelnya terbit secara indie. Jujur, kepala saya lumayan 'penuh' karena dijejali kalimat narasi yang tidak bersih. Hah? Emang narasi bisa 'kotor?'
Bisa kalau ada kata kerja yang kesannya diulang-ulang dan nggak to the point.'
Seperti apa tuh misalnya?
Ani melihat Bambang bersama Candy. Cowok itu mesra sekali menggenggam tangan Candy. Ani merasa dadanya panas terbakar. Bahkan Ani dapat mendengar iblis berseru, "jambak saja cewek murahan itu!"
Gimana perasaan Temans saat membaca kalimat di atas? Kata-kata yang saya tebalkan dan garis bawahi itu nggak sebiji dua biji lho, tapi banyak dan diulang-ulang.
Terus kalau diperbaiki, kira-kira gimana? Tulis dong di kolom komentar.
Nggak sekali dua kali saya baca penulis Wattpad menulis pakai kata seperti ini. Mungkin saya dulu juga ya.
Emang apa sih jeleknya?
Kalau saya pribadi jadi nggak bisa ikut berempati sama tokoh. Kalimat juga jadi 'tersendat' dan nggak mengalir. Saya juga terkadang khilaf pakai kata yang diulang-ulang begitu, tapi mulai berkurang jauh dibanding dulu.
Perbaikan versi saya:
Sendirian Ani melewati jalan setapak menuju sebuah taman kecil tempatnya biasa melepas beban pikiran. Berada di tengah rindang pepohonan akan baik baginya. Duduk sendirian ditemani semilir angin dan kicau burung, menikmati sakit hati setelah diputuskan secara sepihak oleh Bambang. Mungkin ia akan menangis. Tak masalah. Tangis adalah upaya jiwa untuk menyembuhkan luka.
Namun, baru saja hendak duduk, sosok sepasang manusia tertangkap matanya. Mereka cekikikan, saling menggenggam tangan mesra seakan menertawakan penderitaan Ani. Cindy-sahabatnya sendiri- bersandar manja di dada Bambang, menyiram bara di dada Ani dengan bensin hingga apinya membesar.
Jambak saja cewek murahan itu! Iblis membisiki Ani.
Nah, gimana menurut Temans? Mana yang feel-nya lebih berasa? Atau sama aja, nggak ada bedanya?
Tulis di kolom komentar ya.