KAPAN GEMBOK CERITA KITA?

143 21 0
                                        

Pertanyaan yang sering saya dapatkan baik di grup maupun DM adalah ini, kapan menggembok cerita kita, kapan mencuankan cerita kita? Saya jawab satu per satu.

1. SAAT YAKIN TULISAN KITA LAYAK DIBACA

Saya analogikan begini, seorang dokter berhak membuka klinik jika sudah sekolah dari SD sampai lulus Fakultas Kedokteran, menjadi dokter, disumpah dokter, dan sudah menjalani internship. Itu pun kalau buka praktik belum tentu laris apalagi jika pasien datang berobat, bukannya sembuh malah meninggal.

Ingat ya, ini profesi dokter. Profesi yang lain pun demikian.

Apakah penjual gado-gado bisa langsung jualan jika belum bisa memilih sayuran yang baik, belum bisa masak sayuran yang matangnya pas, belum bisa mengulek bumbu kacang dengan benar, belum bisa memberi takaran yang pas untuk garam, cabe, bawang putih, dan jeruk nipis?

Sekarang teman-teman tanyakan pada diri sendiri. Jika menulis genre romance, apakah PUEBI sudah oke? Ejaan sesuai KBBI atau minimal pembaca nggak sakit mata? Apakah ceritanya bikin baper? Apakah konfliknya sudah greget?

Kalau belum, ada baiknya menggratiskan dulu ceritanya sambil belajar dan meminta pembaca memberi masukan.

Lalu ada pertanyaan lagi, "Kak kalau belum memenuhi syarat di atas, nggak boleh dong jualan tulisan kita?"

Sekarang saya tanya sama teman-teman, kalau abang gado-gado masak kangkung masih kematangan sampai lembek kayak bubur, boleh nggak jualan gado-gado?

2. KALAU PEMBACA SUDAH MENAGIH CHAPTER BARU

Anggaplah kamu hobi masak. Makanan yang kamu sering masak adalah risoles. Hari pertama bikin, kulit risolesnya nggak rapi, masih bocor. Hari kedua bikin, kulitnya udah rapi tapi isiannya terlalu lembek. Hari ketiga bikin, kamu masaknya gosong. Terus saja kamu coba perbaiki. Baru pada percobaan ke-10 kamu berani tawarkan gratis ke tetangga. Anggaplah tetangga kamu ini kelinci percobaan 😆. Lalu tetangga kamu mengkritik. Apakah kamu berani menjual risoles tersebut atau perbaiki baru jual?

Bandingkan dengan kejadian ini.

Ketika kamu bawakan 5 biji risoles ke rumah tetanggamu, lalu besoknya tetanggamu bilang, "Masih ada nggak risoles yang kemarin? Kalau ada, saya mau lagi dong."

Kira-kira kalau kayak gini kejadiannya, apakah teman-teman pede menjualnya?

Ini berlaku buat tulisan. Bagikan gratis dulu ke pembaca melalui platform gratis. Lihat bagaimana reaksi pembaca. Kalau banyak yang menghujat, jangan dicuankan. Kalau sambutannya bilang next aja, nah ini tanda-tanda bisa dicuankan.

3. KALAU KAMU TERKENAL

Memang tulisan bagus tidak menjamin akan dibaca, tetapi kalau kamu terkenal, pastinya banyak yang ingin tahu dengan tulisan kamu. Ini berlaku untuk semua bisnis.

Jerome Polin buka kios Menantea, pembeli langsung membludak di hari pertama. Bahkan ada orang yang rela antri dari jam 1 siang sampai jam 6 sore. Mc Donald kerjasama dengan BTS bikin menu khusus edisi BTS dengan bungkus dan gelas Cola berwarna ungu, pembeli rela antri padahal rasa burger dan colanya biasa saja. Coba kamu yang belum terkenal, bikin burger yang dibungkus pakai kertas gambar muka kamu 😆😆😆.

Saya yakin Kim Seokjin kalau nulis novel di platform pakai Bahasa Korea, para army yang nggak paham Bahasa Korea bakal ambil les supaya bisa baca novelnya.

Makanya famous dulu, baru jualan.

4. KALAU MENGERJAKAN PROJECT MENULIS BARENG PENULIS TERKENAL

Mungkin kamu belum terkenal, mungkin tulisan kamu biasa saja, tapi kamu kolab menulis dengan penulis terkenal. Nah ini kesempatan bagi kamu untuk pansos. Gembok karyamu di platform berbayar lalu tunggu cuan cring-cring.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang