⚠ BAB INI MENGANDUNG CURHAT ⚠
Begini ceritanya, saya suka posting percuanan hasil menulis di snap WA 💵 💵 💵. Teman saya yang non penulis berkomentar gini, "Gampang banget cuma modal laptop dan internet saja bisa dapat uang banyak. Nggak perlu keluar rumah, nggak kepanasan, nggak kehujanan."
Saya cuma balas, "Iya, emang gampang. Coba aja kamu nulis."
(Ngetik chat sambil ketawa jahat 😈😈😈😈😁😆).Akhirnya teman saya ini nulis dong, jadinya cuma 5 bab sekitar 4000-an kata. Dia bilang nggak tahu lagi mau diapain.
Sampai di sini saya ketawa terbahak-bahak dalam hati.
Apa pun pekerjaan kita, hukum 10.000 jam tetaplah berlaku. Nggak mungkin seorang JK. Rowling bisa nulis Harry Potter beratus halaman kalau nggak latihan.
Semenjak saya konsisten menulis, ada hal yang saya pelajari bahwa menulis artinya mempelajari banyak ilmu.
♥ Bahasa Indonesia
♥ Bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya
♥ Psikologi untuk menciptakan karakter, menulis adegan yang mengesankan, bikin dialog baper, bisa juga untuk menulis cerita bertema mental health
♥ Marketing untuk promosi dan branding
♥ Hukum untuk mempelajari kontrak dan menulis cerita mengenai dunia hukum
♥ Kedokteran untuk menulis novel kedokteran
♥ Kuliner
♥ Pariwisata dan perhotelan untuk menciptakan setting
♥ Komunikasi untuk berkomunikasi dengan pembaca, editor, sesama penulis
♥ Peternakan
♥ Pertanian
♥ Arsitektur
♥ Sejarah
♥ Desain untuk membuat banner promosi
♥ Komputer (gaptek? Nggak bisa pakai komputer? Terus mau tulis tangan?)Silakan tambahkan daftarnya. Dengan menjadi penulis, kita dituntut banyak hal. Bukan sekadar halu, tetapi juga logis. Tentu ini berlaku bagi kita yang ingin menjadi Penulis yang baik.
Kita juga mesti mikirin ide cerita, adegan, dialog, konflik, resolusi. Gimana sih biar tulisan kita nggak membosankan?
Jam terbang pun berlaku di sini. Seorang dosen yang berpendidikan S3 pun belum tentu dapat menulis novel yang menghibur sekaligus bermanfaat. Terkadang orang yang ilmunya tinggi tergoda untuk menunjukkan kepintarannya. Ini justru berbahaya karena bikin cerita yang kita sangka bagus, malah jelek dan bikin ngantuk.
Saya barusan baca novel mengenai pengacara. Sepertinya si Penulis adalah sarjana hukum yang begitu ambisius menunjukkan kehebatan seorang pengacara sampai ketika menolong orang yang terkena masalah lalu lintas, dia sebutkan isi pasal undang-undang lalu lintas. Orang awam yang membacanya dijamin malas duluan kalau baca novel penuh pasal.
Tetapi, menulis novel tanpa riset sama sekali juga sama berbahayanya karena berpotensi menyesatkan. Misalnya saya pernah baca novel mengenai kanker darah. Gimana bisa pasien cuma diperiksa pakai stetoskop bisa ketahuan kanker darah? Elus dada aja saya tuh.
Ya, menjadi penulis artinya kita harus menekan ego. Kita menulis sesuatu yang tidak cacat logika, tanpa terkesan menggurui atau menunjukkan betapa pintarnya kita. Semakin kita ingin mengesankan pembaca, semakin eneg mereka.
Hal ini berbeda dengan profesi lain yang bisa saja tampil arogan agar disegani. Menjadi penulis, terutama penulis platform, terlebih dahulu harus belajar rendah hati.
Orang-orang yang meremehkan penulis, nggak tahu betapa susahnya mendapatkan pembaca. Menulis adalah kerja keras penuh kesabaran dan ketekunan. Sebab, kita menulis hari ini, mungkin baru dapat menghasilkan uang dari tulisan kita 4 tahun lagi.
Dan selama 4 tahun tadi apakah orang cukup sabar dan tekun meski belum menghasilkan? Teman saya, banyak yang berguguran karena dipaksa keluarganya berhenti. Ada lagi yang sibuk menjadi karyawan hingga melupakan karyanya.
Memang kelihatannya menjadi penulis tuh mudah ya. Tetapi orang yang beneran baru terjun, bakalan kesulitan.
Ada yang mau curhat juga? Komen di bawah.