Judul yang mau saya tulis sebenarnya agak panjang, yakni:
MENGEMBALIKAN MOOD SETELAH LAMA VAKUM DARI DUNIA KEPENULISAN
Sebelum kita bahas cara mengembalikan mood, kita bahas dulu apa yang menyebabkan mood menulis hilang dalam jangka waktu yang panjang.
Mungkin membahas ini akan terasa panjang karena kita perlu membahas piramida Maslow.
Teori Piramida Maslow dicetuskan oleh Abraham Maslow, seorang psikolog asal Amerika Serikat.
Perhatikan baik-baik gambar piramida tersebut, maka kita akan tahu kebutuhan manusia.
Kebutuhan utama manusia adalah bernapa, makan, minum, dan seks. Tingkat keduanya keamanan, kesehatan, perlindungan (termasuk rumah). Tingkat ketiganya adalah hubungan dan keintiman. Tingkat keempatnya adalah pencapaian, kepercayaan diri, dan rasa hormat dari orang lain. Puncak piramida atau kebutuhan yang hanya bisa dicapai jika kebutuhan di bawahnya sudah terpenuhi adalah moralitas, kreativitas, spontanitas, dan pemecahan masalah.
Sekarang tanyalah pada diri kamu sendiri, berdasarkan piramida Maslow, ada pada level manakah kebutuhan kamu?
Saya menemukan banyak kasus penulis berhenti menulis karena nggak punya waktu lagi setelah seharian bekerja mencari nafkah.
Jujur-jujuran aja deh, manusia modern butuh duit. Kecuali kamu tinggal di alam liar yang kalau mau makan buah tinggal comot dari pohon dan kalau mau daging tinggal memanah rusa, pasti akan bekerja demi uang yang mana nantinya uang tersebut dipakai untuk membeli makanan, token PLN, dan lain-lain. Betul kan?
Sekarang kita bahas kebutuhan hidup kamu. Taruhlah kamu butuh Rp. 4 juta sebulan untuk bertahan hidup. Langkah paling logis apakah yang akan kamu lakukan untuk memenuhinya? Tentu saja mencari pekerjaan yang gajinya minimal Rp. 4 juta.
Kalau cuma ketemu pekerjaan yang gajinya Rp. 2 juta gimana?
Kemungkinan besar kamu akan ngutang atau cari pekerjaan tambahan yang melelahkan tapi halal atau kalau muka dan body lumayan, mungkin open BO. Boro-boro kepikiran nulis kan.
Apa itu nulis? Udah susah-susah mikir plot, alur, konflik, penokohan, gratis lagi, tetap aja nggak ada yang baca. Akhirnya kamu jadi nggak mood nulis karena merasa kegiatan ini sia-sia, nggak bisa memenuhi kebutuhan dasar kamu.
Lalu pada tahap ini gimana membangun mood menulis?
Cara yang bisa saya usulkan adalah:
1. Mencari platform yang membayar berdasarkan jumlah kata. Biasanya platform luar negeri.
2. Menjadi ghost writer.
Menjadi penulis sangat minim risiko dibandingkan cari pekerjaan tambahan yang harus pulang malam, risiko kepanasan, kehujanan, dijambret, atau pingsan di jalan. Kalau bisa mencari uang dengan mudah, kenapa harus susah kan?
Saya nggak akan menyarankan nasihat basi kalau nulis jangan mikirin uang dulu kalau kamu masih di level 1 piramida Maslow. Namun, saya tetap akan menyarankan kamu untuk mencari uang dengan menulis.
Gimana cara biar mood kamu naik? Bayangin aja kamu pulang malam sehabis kerja terus diculik seorang psikopat, dilecehkan, lalu nyawa kamu dihilangkan. Dijamin kamu bakal keringat dingin dan mikir kalau menulis adalah jalan mencari nafkah yang aman.
Ini pernah saya lakukan tahun 2020 saat Covid lagi parah-parahnya. Pemasukan menipis, tabungan tiris, saya mikir mau cari kerja tambahan apa lagi. Akhirnya saya mikir kalau cari kerjaan di tengah pandemi nggak mudah, mungkin saya harus menerima pekerjaan yang riskan. Mood saya langsung naik tuh dan semangat nulis.
Cara ini berhasil sampai level dua dan tiga.
Bagaimana kalau kamu sudah cukup mapan secara finansial dalam artian gaji cukup, punya rumah nyaman, dan kendaraan pribadi yang lumayan?
Kemungkinan kamu berada pada level 3, 4 dan 5.
Sekarang bayangkan gimana supaya kamu bisa bersama orang-orang tersayang tanpa harus berangkat pagi, pulang malam?
Eh, banyak lho ibu-ibu terpaksa ninggalin anaknya yang baru berusia 3 bulan karena cuti hamilnya sudah habis jadi harus balik ke kantor.
Bayangin kamu punya penghasilan lumayan tanpa harus ninggalin anak. Gimana caranya? Ya nulis lah!
Kamu bisa nulis pas anakmu lagi tidur. Ini dengan catatan suami kamu kerja dan kamu ibu rumah tangga. Jadi sudah ada back up penghasilan utama.
Apakah kalau menerima gaji dari suami lalu kamu pikir santai aja gitu nggak perlu punya uang sendiri?
Gimana kalau suami kamu dicuri pelakor? Atau gimana kalau suami kamu dipanggil mendadak oleh Tuhan?
Saya akui pikiran saya memang liar, suka memikirkan kemungkinan terburuk. Saya pikir, profesi sampingan yang bisa dikerjakan di rumah sambil menjaga anak dan orang tua adalah menulis. Kamu bisa coba jual di Karyakarsa atau platform lain.
Berapa pun uang yang kamu hasilkan, setidaknya kamu bisa bangga pada dirimu sendiri kalau membeli barang dari hasil jerih payah, bukan karena pemberian suami.
Yang terakhir, pikirkan masa depanmu. Saya memberikan contoh diri sendiri.
Saya punya pekerjaan di dunia nyata yang cukup menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Saya berpikir mau sampai kapan kerja seperti ini? Apa iya sampai usia 60 atau 70 tahun nanti saya tetap bisa menjalani profesi ini?
Maka jalan untuk mendapatkan pemasukan tambahan dengan cara yang cukup stay di rumah adalah menulis. Ketika kita lemah, fisik kita nggak kuat melakukan pekerjaan berat lagi, menulis adalah salah satu pekerjaan yang bisa memberikan kita pemasukan cukup lumayan asal kita memulai sejak muda. Kenapa? Kita perlu membangun nama dan penggemar. Tentu itu memerlukan waktu yang nggak sebentar.
Sebenarnya bagi saya sendiri, hal yang membangun mood menulis saya adalah bayangan tentang masa depan.
Masa depan itu tidak pasti. Kita bisa di-PHK setiap saat. Menjadi ASN pun bukan artinya pensiun terjamin. Kita nggak pernah tahu di masa depan negara kita akan seperti apa. Apakah akan tetap punya uang untuk menggaji ASN dan pensiunan ASN. Jadi karena otak saya selalu memikirkan kemungkinan terburuk sampai 50 tahun yang akan datang, mood menulis saya tetap terjaga.