PLATFORM BERBAYAR NGGAK KAYAK DULU

178 39 3
                                    

Gibahan yang lagi hot di kalangan penulis adalah perubahan kebijakan platform. Platform luar yang beberapa bulan lalu banjir duit, memberi bonus daily ratusan dollar, dan bonus tamat setelah mencapai ratusan ribu kata, sekarang mengubah sistem menjadi retensi alias membayar berdasarkan jumlah pembaca yang bertahan. Kebijakan ini diprotes banyak penulis dengan berbagai alasan.

1. PLATFORM ADALAH SATU-SATUNYA SUMBER PENGHASILAN PENULIS

Untuk masalah ini, yang bisa saya katakan adalah, welcome to the real world. Dalam dunia bisnis, tujuan pengusaha mendirikan perusahaan adalah profit, uang, cuan.

Sebelum mengeluh dengan kebijakan platform, coba Teman-teman tanyakan pada diri sendiri, "Apakah karyaku menguntungkan untuk platform?"

Menguntungkan dari segi apa? Tentunya sebuah novel dianggap menguntungkan jika mendatangkan pembaca. Maka tanyakan pada diri sendiri apakah karya teman-teman mampu menghasilkan pembaca bagi platform.

Jangan menjual air mata, jangan meminta belas kasihan karena platform atau kebanyakan pemilik bisnis di dunia ini tidak peduli dengan air mata orang lain. Saya yakin, kalau teman-teman penulis membuka bisnis sendiri pastinya nggak akan mempertahankan pekerja yang tidak memberikan keuntungan bagi bisnis.

2. TIDAK PEDE DENGAN SISTEM RETENSI KARENA TIDAK YAKIN KARYANYA MAMPU MERAUP PEMBACA

Kadang saya pengen ketawa ya kalau ada penulis yang mengeluhkan perubahan sistem pembayaran platform menjadi sistem retensi karena nggak yakin karyanya bisa meraup pembaca.

Kalau saya jadi pemilik bisnis, pasti saya akan bilang, "Hei, berani sekali kamu memberikan tulisan yang tidak disukai pembaca. Saya sudah bayar kamu mahal, apa timbal balik kamu buat saya?"

Teman-teman, dalam bisnis, hubungan yang seharusnya terjadi adalah hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.

Kamu mau bilang gini: Ya tapi kan aku udah menulis sesuai jumlah kata yang ditetapkan.

Lalu apakah jumlah kata tersebut menguntungkan platform? Apa gunanya nulis sampai 100 ribu kata tapi pembaca nggak mau mampir? Itu bagaikan pekerjaan sia-sia. Bagi Penulis, sia-sia nulis jumlah kata sebanyak itu, bagi platform, sia-sia bayar orang nulis dengan jumlah kata sebanyak itu.

3. TIDAK PEDE DENGAN TULISAN SENDIRI JIKA HARUS BERSAING DENGAN PENULIS 21+

Tulisan apa pun berpotensi laris kalau Penulis tahu cara meramu dan tahu cara promosi. Nggak semua orang cari bacaan novel 21+ lho.

Apakah Tere Liye nulis novel 21+?
Apakah Ilana Tan nulis novel 21+?
Apakah Luluk HF nulis novel 21+?
Apakah JK. Rowling nulis novel 21+?

Nggak kan. Jadi berhentilah cari-cari alasan, sebab orang bermental pecundang hanya pintar mencari alasan dan menyalahkan orang lain.

Kalau mau jadi pemenang, stop merengek dan menyalahkan pihak lain tapi mulailah berusaha dengan tekun dan konsisten supaya meraih apa yang kita mau.

BAGAIMANA AGAR PENULIS TIDAK TERGANTUNG KEPADA PLATFORM?

Gampang sih, usahakan diri kita terkenal.

Gimana cara agar terkenal? Jual sesuatu yang orang butuhkan.

Saya ilustrasikan begini, ada ibu rumah tangga, suaminya nggak ganteng, bau rokok, perut buncit, 'junior' segede baby carrot, ngasih uang dapur sehari cuma 50 ribu.

Kira-kira pembaca semacam ini butuh novel kayak gimana sih? Kalau dikasih bacaan yang tokohnya mirip sama suaminya, bakal dibaca atau dilempar tuh HP-nya?

Lagi ya.

Ada remaja perempuan umur 15 tahun yang nilainya semua di bawah KKM, orang tua kurang mampu, badan kurus, di sekolah di-bully temannya, dia jadi minderan. Kira-kira remaja seperti ini butuh bacaan seperti apa?

Saya sudah tekankan ya, kalau kita butuh uang dan menulis demi uang, maka kita harus tahu seperti apa selera konsumen kita. Kita nggak cuma jadi penulis tetapi juga pebisnis. Semua pebisnis di seluruh dunia, pasti akan memperhatikan selera konsumen mereka, sebab kalau nggak begitu, mereka akan bangkrut.

Terus ada penulis yang mau nyinyir, "Nulis kok demi uang. Jangan mau disetir sama pembaca!"

Hei, Anda belum pernah dengar token PLN meraung sementara Anda nggak punya uang untuk bayar. Anda nggak pernah dengar anak merengak minta Kinderjoy di Indomaret tapi Anda nggak punya uang untuk beli. Jadi diem aja kalau Anda sultan. Eh, tapi kalau Anda beneran sultan, jangan lupa sedekah sama penulis yang belum sultan. Bantuin Penulis yang kere biar jadi sultan kayak Anda. 😆😆😆😆

Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang