PROFESI TOKOH

226 33 4
                                    

Saya dapat pertanyaan mengenai memasukkan profesi tokoh ke dalam karya. Banyak yang bingung mau nulis apa lagi (terutama untuk genre romance) karena berpikir bahwa profesi yang keren cuma CEO. Adapun yang memasukkan profesi selain CEO, bingung cara meramu ceritanya agar profesinya tidak sekadar tempelan.

Saya sering banget mengangkat profesi. Kenapa sih? Karena dari profesi itu, kita bisa menemukan plot dan konflik yang tidak biasa. Gimana caranya biar profesi para tokoh membantu pengembangan cerita?

1. RISET DARI AHLINYA

Taruhlah Temans mau menulis tokoh utama yang berprofesi sebagai dokter gigi. Hal pertama yang Temans harus lakukan adalah riset sebanyak-banyaknya mengenai dokter gigi.

Tapi, bingung nggak sih mau riset apa saja?

Nah, itulah gunanya outline. Temans bisa mengira-ngira konflik apa yang akan muncul.

Saya contohkan untuk naskah yang berjudul SELINGKUHAN CEO. Saya sudah bikin outline mengenai konflik perselingkuhan mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi dengan suami dosennya.

Nah selanjutnya saya harus pikirkan, kapan ya mahasiswi FKG ini ketemu sama suami dosennya untuk pertama kali?

Bisa nggak sih mahasiswi FKG diusir dari kelas? Ini saya tanyakan kepada teman saya yang merupakan anak FKG. Jadi di FKG itu ada blok orthodonsia. Pelajarannya bikin kawat gigi. Di sini saya buat adegan si mahasiswi ketahuan ngobrol pas bikin kawat gigi. Si dosen marah lalu kawat gigi mahasiswi ini diinjak dan mahasiswinya diusir dari lab. Pas diusir inilah ketemu suami si dosen yang jualan sayur di kampus.

Loh, memangnya di kampus bisa jualan sayur? Bisa dong. Penasaran? Baca Selingkuhan CEO di Cabaca.

2. JADIKAN PROFESI SEBAGAI KONFLIK UTAMA YANG TIDAK MUNGKIN DIGANTIKAN PROFESI LAIN

Saya kasih contoh untuk TOO SEXY FOR MY RIVAL. Konflik utama berasal dari Stefani yang berprofesi sebagai dokter kulit dan juga vlogger berkoar-koar di YouTube mengenai krim malam berbahaya.

Nah, jelas profesi Stefani di sini nggak bisa diganti jadi penyanyi atau chef atau guru matematika misalnya. Jadi profesi dokter kulit nggak mungkin sekadar tempelan. Kita mau nggak mau mesti belajar tentang ilmu dermatologist.

Kalau Temans mau mengangkat profesi hakim, ada baiknya konflik utama berkaitan dengan profesinya. Misal, kegalauan hakim memutus perkara koruptor yang dulu pernah menolong keluarganya. Dan si koruptor ini adalah ayah dari perempuan yang dia sukai sejak lama.

3. RISET TIDAK HANYA MENGENAI ILMU

Setiap orang apa pun profesinya pastinya punya kehidupan, punya jadwal. Misal nih Temans mau nulis tokoh utama yang berprofesi sebagai tentara, jangan hanya riset tentang pendidikannya atau senjatanya, tetapi biar cerita kalian hidup, riset juga kesibukan mereka apa sih? Ada hiburannya nggak buat mereka misalnya konser dangdut? Kapan bisa pulang ke rumah?

Gitupun kalau mau menjadikan profesi dokter sebagai pekerjaan tokoh utama. Dokter itu pulangnya jam berapa? Kalau pulang dari rumah sakit, nongkrong nggak sih? Bercandanya kayak gimana? Apa pakai bahasa kedokteran juga? Hal-hal semacam ini penting biar cerita kita nggak kaku.

Riset juga hal-hal kecil, misalnya dokter yang ditugaskan di pedalaman tapi snellinya robek. Ke mana dia harus beli? Atau dia jahit aja snelli-nya?

Justru hal-hal kecil bisa bikin baper loh. Jadi nggak perlu mikir hal yang 'wow' gitu kayak dokter bedah menyelamatkan nyawa korban penembakan. Nggak perlu. Justru kita perlu mengetuk sisi humanis atau kemanusiaan dari pembaca kita.

Semoga membantu.


Write Without FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang