34; Back to Reality

6K 274 7
                                    



Hi hello everybody!
Happy reading and Sahur evribadii!
Leave vote and comment ya!
Good night y'all!✨💛

••🦋•••

Touch - Pia Mia

•••🦋••

'I just want to be the person you can't stop thinkin' about when you're surrounded by people who are'nt me.'

STEVEN'S POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


STEVEN'S POV.

"Dude, kau yakin dengan produk yang akan kau keluarkan bulan depan nanti? Maksudku, benar-benar dengan tema itu?" Tanya Ansell sembari menggeser kursi meetingnya.

Aku baru sana menyelesaikan meeting dengan para pegawaiku. Kami bersepakat untuk mengeluarkan produk baru, produk ini bukanlah semacam sepatu, ataupun pakaian. Melainkan benda yang tidak terlalu banyak dipasarkan oleh banyak brand di masa saat ini.

"Yeah, menurutku ini peluang untuk perusahaan brand kita. You know, untuk saat ini banyak brand sedang memproduksi outfit." Jelasku pada Ansell yang membuatnya mengangguk paham.

"You're right, saat ini marak sekali brand ternama yang sedang memproduksi outfit. Anyway, congratulations dude atas jadimu dengan Stassie." Ujar Ansell sembari berjalan mendekat kearahku yang saat ini sedang menuangkan wine di gelasku.

Aku tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban. Ansell membuatku teringat kembai dengan Stassie. Terakhir kali aku menelfonnya kemarin malam, ia sedang bersiap untuk pergi ke Canada. Jujur saja aku sangat merindukannya. Hari-hariku terasa sepi tanpa kehadiran Stassie.

"Kalian berdua memang cocok. Saat di Ohio kemarin, Regina bilang padaku, jika ia sangat bahagia dengan hubunganmu dengan Stassie. Regina juga sempat bilang bahwa ia tidak sabar untuk menanti tanggal baik pernikahanmu dengan Stassie." Ansell menepuk pundakku, reaksiku hanya tersenyum.

Menikah?

No, that's weird.

"Well, kau tahu jika aku sangat keberatan untuk menikah. Yeah, aku tahu jika ucapanmu yang kemarin itu benar. Perlahan aku bisa berubah soal perasaan. Tetapi untuk menikah, aku tetap tidak tertarik," ungkapku yang kemudian beralih meneguk gelas yang berisikan wine.

"Okay. Kita lihat saja nanti dude, percayalah kau akan menikah di waktu yang tidak lama." Ansell mengucapkannya dengan nada jokes. But, trust me. Apapun yang Ansell katakan akan benar terjadi. Aku merasa bahwa pria ini seperti seorang peramal.

"Mhmm. Bagaimana keadaan Evelyn? Kapan prediksi tanggal ia melahirkan?" Tanyaku pada Ansell, yang berhasil membuatnya tersenyum semakin lebar.

"Kandungannya sudah menginjak 8 bulan. Mungkin ia akan melahirkan di akhir februari atau awal maret." Jawabnya dengan penuh kebahagiaan. Okay, Ansell memang selalu bahagia. Bahkan ketika Ansell sedang dihadang oleh masalah yang besar, ia tetap terlihat bahagia dan tenang. Itulah hal yang kusukai darinya.

𝐏𝐎𝐏𝐔𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang