48; The Slut Come Over

5.1K 266 21
                                    



H A P P Y R E A D I N G M' L U V

•••🦋•••

Heart Attack - Demi Lovato

•••🦋•••

'Sometimes  people don't want to hear the truth because they don't want their illusions destroyed.'

STEVEN'S POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


STEVEN'S POV.

Aku sangat marah mengetahui jika Stassie ternyata tengah mengandung. Ditambah janin itu tidak hanya satu. Aku hanya ingin Stassie setuju untuk membuang bayi itu, lalu hidup bahagia bersamaku, just me and her. Sebenarnya aku hanya pergi untuk dua hari di Milan. But, kehamilan Stassie membuatku ingin untuk menghindarinya.

Aku telah tiba di Milan sejak kemarin. Saat ini aku berada di dalam kamar hotel. Merasa sangat bosan tidak ada Stassie disini. Aku akan mengajaknya jika ia tidak sedang mengandung. See, bayi itu merupakan penghalang bagi kami, dan Stassie ingin tetap menjaganya hingga lahir?

God, no way. Double trouble.

Aku mendengar suara ketukan pintu. Hal itu membuatku segera berjalan menuju pintu. Aku membuka pintu itu, terlihatlah seorang wanita berpakaian ketat. Wanita itu adalah Cindy, Asisten beruku. Honestly aku tidak terlalu menyukainya, tetapi taktiknya dalam dunia bisnis membuatku membutuhkannya untuk menjadi seorang Asisten.

"Hi, sir. Aku sudah menyelesaikan berkas yang Anda berikan kepadaku tadi siang." Ujarnya dengan menggigit bibir bawahnya.

"Come in." Aku menyuruhnya masuk ke dalam kamar untuk mengkoreksinya.

"Kau memiliki waktu 15 menit disini." Aku meraih berkas yang ada di tangannya, lalu mulai melihat-lihat data presentase yang baru saja Cindy benarkan.

"Sit," wanita itu tidak duduk, melainkan menatapku sembari menggigit bibir bawahnya.

"Are you sure kau tidak salah menghitung ini?" Tanyaku sembari melirik sekilas padanya.

"No sir. Dimana letak salahku?" Jawabnya dengan meletakkan telapak tangannya di pahaku.

What the heck?

Aku menggoyangkan pahaku, agar tangannya menyingkir. "Here. And this one, nominal ini tidak mungkin sebanyak ini. Benarkan lagi." Aku menutup berkas itu dan memberikannya kembali kepada Cindy.

Wanita itu justru menyentuh pundakku, lalu mengelusnya perlahan. Gosh, dia berfikir jika aku akan tergoda dengan hal murah yang ia lakukan saat ini.

"You need coffe sir?" Sentuhan Cindy semakin menjadi yang membuatku menepiskan tangannya.

"No. Times up. Go away, lain kali bekerjalah lebih profesional." Kulihat wajahnya yang tertunduk malu karena ucapanku barusan.

𝐏𝐎𝐏𝐔𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang