45; Is That Deja Vu?

4.8K 266 15
                                    




H a p p y   R e a d i n g   L o v e✨💛


•••🦋•••


Only Want You - Rita Ora


•••🦋•••


'Without you there's no future of mine.'


Las Vegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Las Vegas.

STEVEN'S POV.

Acara pemakaman sudah dilakukan sejak satu jam yang lalu. Stassie masih sedih atas kepergian nenek satu-satunya itu. Padahal Stassie belum sempat mengajaknya pergi berlibur bersama, tetapi Emily sudah meninggalkannya. Rumah ini dipenuhi dengan karangan bunga dan juga ucapan duka cita untuk nona Emily. Banyak para selebriti, ataupun pebisnis besar dunia menghadiri acara pemakaman ini.

Aku beralih memeluk wanita yang saat ini tengah duduk di sofa dengan pandangan kosong. "Babe, you wanna drink something?" Aku mengelus punggungnya.

Stassie menggeleng pelan sebagai jawaban. Aku kembali mengelus punggung wanita itu. "But baby, i want strawberry caramel frappucino, with red velvet cake as a topping. Can you please?" Gumamnya yang membuatku tersenyum lebar.

"Of course babe, just that? Food maybe?" Tanganku bergerak mengelus rambutnya dengan lembut.

"Uhm, i think i need spicy chicken wings. And onion ring. Just that," Stassie nampak mengelus-elus perut ratanya. Semua pesanan makanannya membuatku menaikkan alisku heran, tidak biasanya ia menginginkan makanan-makanan semacam itu.

"You're not on diet?" Tanyaku yang membuatnya duduk dengan menegakkan tubuhnya.

"Jadi kau menyuruhku diet terus menerus? Kau tidak suka jika kau akan memiliki seorang wanita yang fat? Kau memang body shamming. Fine, aku tidak jadi ingin makanan itu semua!" Stassie terlihat semakin murung, ia berpindah tempat menuju ke ujung sofa.

"No babe. Of course not, kau terbiasa diet. Aku tidak body shamming okay, i love the way you are." Ujarku yang membuat pipinya bersemu merah, tetapi ia berusaha meredamnya dengan terlihat murung.

"Jadi benar, kau tidak menginginkan makanan itu? Okay then." Stassie menganggukan kepalanya. Aku beralih merebahkan tubuhku di sofa, lalu meletakkan kakiku di pahanya.

"Okay then. Ima sleep," aku berpura-pura memejamkan mataku untuk melihat reaksinya.

Selang beberapa detik aku membuka kelopak mataku. Terlihat Stassie yang tengah menatapku dengan wajah yang kesal. "Memang pria tidak pernah peka. Can you just buy it for me!" Ujarnya dengan nada yang hampir terdengar menyentak. Hal itu membuatku mengangkat kedua alisku.

𝐏𝐎𝐏𝐔𝐋𝐀𝐑𝐈𝐓𝐘✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang