Riuh piuh kantin mendominasi pada jam istirahat. Dalam sekejap saja saat bel istirahat berbunyi nyaring, murid berhamburan keluar kelas memenuhi kantin.Begitu juga dengan Auva dan ketiga temannya itu yang sudah memesan makanan sesekali bersenda gurau.
Kedatangan enam most wantedboy di kantin membuat kaum hawa memekik tertahan. Keenam remaja itu langsung menghampiri bangkunya di ujung kantin.
Auva menatap sinis Damares. Seperti ada dendam terselubung saja, memang ada sih.
"Va, jangan ditatap," tegur Jenisha.
"Apapun yang dikatakan Damares ditengah lapangan. Hanya angin lalu bagi gue!"
"AUVAAA!!"
Baru saja Auva berujar. Tak lama bariton suara Damares yang tegas mampu membuat beberapa penghuni kantin terkejut. Salah satunya Auva yang kini mengelus dada.
"KEMARI!" teriak Damares menatap gadis itu datar, tak jauh dari mejanya. Hanya dilewati 2 meja saja.
"Beuh, merinding badan gue," ujar Gempano mengelus kedua lengannya yang terasa meremang.
"Sstt, lo mau di amuk, Damares," bisik Seno yang duduk disamping lelaki itu.
"LO NGGAK DENGAR APA YANG GUE BILANG!!" bentak Damares membuat seisi kantin menjadi diam.
Takut? Tentu sangat takut. Semua hanya bisa menunduk ketika Auva mengedarkan pandangannya.
Gadis itu berdiri dari duduknya dan menghampiri meja Damares. Ia menatap ogah keenam remaja yang sama sekali tak ia kenal, hanya mengenal Gempano saja, lelaki yang selalu berdebat dengannya karena satu eskul.
"Apa?" ketus Auva.
"Pesan makanan kalian sama, Auva," ucap Damares menekankan nama Auva.
"Gue-"
"Jangan lupakan sekarang lo berada di genggaman gue! Apapun yang gue katakan turuti! Ini berlaku di sekolah!" tegas Damares.
Karena ditatap tajam Damares. Mereka mulai mengatakan pesanannya, Nevano yang menawarkan diri untuk membantu Auva. Dicegah oleh Damares.
Biasanya kalo berada di genggaman tangan lelaki itu hanya bertahan 6 bulan saja. Setelah itu akan bebas dan Damares akan mencari mangsa barunya. Hanya geng Apolloza saja yang akan berada di genggamannya bertahun tahun tanpa kata 'damai'.
Teman Auva tentunya tak berani ikut campur. Ia tahu bagaimana kejamnya kekuasaan Damares, apalagi sekolahan SMA ibu pertiwi ini punya keluarganya.
Entah kenapa lelaki kaya itu memilih sekolah biasa daripada sekolah elit. Padahal masih banyak sekolah elit yang berada di genggaman tangan keluarganya.
"Untung ganteng," gumam Mel dengan wajah cemberut, ia curi curi memandangi Damares.
"Modal ganteng doang. Akhlak nggak ada," ujar Jenisha santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)
Teen Fiction"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa yang dikatakan Uncle Raka dan Nenek Ani pada-nya. Saat melihat wajah Damares. "Papaaaaa!" tanpa ma...