Bab 33

186K 18.8K 814
                                    

Damares mengantar Kakaknya Teresha ke sebuah pemakaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damares mengantar Kakaknya Teresha ke sebuah pemakaman. Menyusuri setiap gundukan tanah.

Kakaknya sangat antusias dari kemarin. Sebuket bunga berada ditangan sang Kakak. Hingga berhadapan dengan makam yang lama tak Kakaknya kunjung.

Berjongkok dan meletakkan bunga.

"Apa kabar, Vano?" tanya Teresha mengusap nisan itu.

Damares membaca nama di nisan itu "Devano Zidane." nama lelaki yang pernah singgah di hati Kakaknya.

Memilih pergi membiarkan sang Kakak menyapa orang yang ia cinta. Damares mengeluarkan ponselnya.

Jadi, jam berapa hari ini pergi?

Damares memilih chat Auva terlebih dahulu. Ia juga sudah bersiap-siap.

Satu jam lagi

Oke

Lama menunggu, Kakaknya pun datang dengan wajah sembab. Ada tersirat penyesalan beberapa tahun yang lalu. Bahkan Kakaknya tak pernah terpikirkan untuk membuka hati lagi.

"Jangan nangis," ucap Damares.

Teresha mencebikkan bibirnya dan memeluk sang Adik. Menangis dipelukan Adiknya, rasa sakit beberapa tahun lalu masih membekas.

"Gue cengeng," lirih Teresha dipelukan Damares.

"Emang!"

Memukul pelan dada Damares. "Ck, hibur kek gue. Dada gue sesak nih, sakit rasanya. Lo nggak pernah berada di posisi gue. Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Mana beda alam lagi," gerutu Teresha kesal.

"Gue antar ke rumah Kak Kiera."

"Bahasa lo Kak segala. Sama gue nggak ada."

"Bodo!"

Damares mengantar Teresha kerumah Kiera, sahabat Kakaknya. Disepanjang jalan Teresha hanya diam saja menatap keluar jendela dan sesekali air matanya luruh membasahi pipinya.

Setelah sampai dirumah Kiera. Teresha langsung turun dan ternyata wanita itu sudah menunggu.

"ECHAAA!!"

"KIERAAA!!"

Ck, bakal ada drama peluk-pelukan pasti. Damares memilih pergi saja setelah pamitan pada Kak Kiera. Ia tak mau melihat drama pelukan dan yang nantinya akan bilang 'kangen'.

🐈

Damares sampai didepan rumah Auva. Pagar rumah gadis itu terbuka lebar, Nenek Ani dan Raka sudah pergi ke Yogyakarta duluan tadi.

"PAPAAA!!" Ranayya langsung menghambur ke pelukan lelaki tampan dengan setelan baju kaos putih lengan pendek dan celana pendek bewarna mocca tak lupa dengan jam tangan bermerek mahal yang dibandrol ratusan juta.

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang