Bab 18

235K 24.4K 4.7K
                                    

Saat ini Indri dan Damares berada di taman sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ini Indri dan Damares berada di taman sekolah. Pagi-pagi gadis itu memaksa untuk bertemu. Bahkan keduanya hanya diselimuti keheningan saja.

Indri seperti ragu untuk berbicara dengan Damares. Mengumpulkan keberaniannya, menarik napas dalam.

"Maaf bikin kalian jadi musuh karena keegoisan aku," ucap Indri.

Hening

"Di sisa hidupku hanya ingin bersamamu, Res. Kapan lagi aku bisa bahagia, Mama pergi ninggalin aku gitu aja. Papa juga jadi gila kerja. Karena itu aku milih pergi dan kembali untuk meminta kebahagiaan dari kamu."

Damares menoleh, bagaimana pun dia pernah mencintai Indri. Biarpun perasaannya untuk Indri ada sedikit. Inilah alasan Damares berubah menjadi dingin dan bringas.

"Pertemanan aku dan Auva hancur, sekarang pertemanan aku, kamu, dan Ferdy juga hancur. Apa bisa aku meminta waktu singkat kamu?"

"Lo mau kemana?" tanya Damares menatap Indri.

Gadis itu menengadahkan kepalanya, menahan air matanya yang akan lolos keluar kemudian tertawa renyah.

"Gagal ginjal, bahkan usaha untuk sembuh aja nggak ada. Karena penderitanya tak akan pernah sembuh. Apalagi aku penderita gagal ginjal akut."

Damares merasa iba. Bagaimana pun Indri adalah cinta pertamanya. Biarpun itu dulu. Gadis itu mengusap air matanya, tanpa sadar saat ia bercerita air matanya lolos keluar.

🐈

Setelah upacara, kini kelas Auva dan Damares olahraga. Memang jadwal olahraga mereka sama. Mipa 1 dan Mipa 4, setiap hari selalu dua kelas yang kena jam olahraga barengan.

Keluar dari ruang ganti. Sedangkan lelaki berganti pakaian dikelas dan sudah main dilapangan. Ya, perempuan mah kalo ganti lama ada campur gosip juga.

"Auva," panggil Indri sedikit berlari mengejar Auva dan teman-temannya. "Hai, gue boleh gabung sama kalian?" sapa Indri.

"Nggak sudi gue gabung sama orang egois kayak lo!" sinis Yuni.

"Apa salahnya gue mau memperbaiki pertemanan kita," lirihnya membuat Auva muak setengah mati.

"Nggak ada waktu gue ngeladeni perempuan perebut pacar sahabat sendiri! Dengan embel-embel juga jatuh cinta dan main dibelakang!"

Indri yang ingin meraih tangan Auva langsung ditepis kasar.

"Jangan sok suci! Bukti komenan instagram banyak! Kalo lo suka sama pacar gue bilang! Gue bisa menjauh dan nggak pakai cara main dibelakang!"

"Auva, udah!" lerai Jenisha.

Jenisha pun menarik tangan Auva untuk kelapangan. Tak enak berdebat di koridor dan malah mereka jadi pusat perhatian anak kelas. Masa lalu tak perlu dibahas lagi.

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang