Pagi-pagi setelah sarapan, mereka langsung pergi ke sekolah mengantar Ranayya terlebih dahulu. Damares sangat awal sekali kerumah Auva, sebelum Ranayya bangun dan gadis kecil itu percaya jika Damares menginap.
Mereka bertiga kompak keluar mobil saat sudah berada dihalaman sekolahan Ranayya. Mengucapkan perpisahan kecil.
"Nanti dijemput sama Nenek Ani ya," ucap Auva mensejejerkan tubuhnya dengan Ranayya.
"Iya, Ma." Ranayya pun menyalami punggung tangan kedua orangtuanya setelah itu melambaikan tangannya. "Bye Ma, Bye Pa."
"Bye bye sayang." Damares dan Auva membalas lambaian tangan Ranayya yang sudah bersama teman temannya.
Auva dan Damares pun pergi. Winda segera menghampiri Ranayya yang sudah duduk manis di kursi.
"Ranayya, tadi itu Papa kamu?" tanya Winda antusias.
Ranayya mengangguk. "Iya, kenapa? Ranayya punya Papa kok. Apa yang dibilang Cia itu nggak benar."
"Papa kamu ganteng ya."
Yah, kirain apa. Ternyata mau muji doang. Ranayya pun bercerita pada Winda tentang Bubu kucing kesayangannya itu yang jatuh di selokan komplek.
Sedangkan didalam mobil Damares. Gadis itu hanya termenung menatap keluar jendela mobil.
"Berapa umur, Ranayya?" tanya Damares penasaran.
"Lima tahun."
"Lo---"
"Ranayya hadir saat gue kelas dua SMP, waktu awal masuk ajaran baru. Dia anak gue dan nggak akan ada yang pisahin gue sama, Ranayya." Auva menolehkan kepalanya ke Damares. "Termasuk lo!"
Auva terlalu sensitif jika membahas masa lalu. Ia sangat takut kehilangan Ranayya suatu saat nanti, bagaimana pun Ranayya adalah anaknya.
Kedatangan Auva dan Damares tentunya menjadi bahan omongan sekolah. Tak biasanya Damares menggunakan mobil ke sekolah. Kalo masalah Auva, satu sekolah juga tau, apalagi berita Galvin yang sempat babak belur gara gara Damares.
"Va, dipanggil Pak Ferry," ujar Gempano yang menghampiri Auva.
"Izin pinjam Auva ya," sambungnya.
Auva memandangi Damares. Laki-laki itu hanya mengedikkan bahunya acuh saja, kemudian Auva mengikuti Gempano.
🐈
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)
Teen Fiction"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa yang dikatakan Uncle Raka dan Nenek Ani pada-nya. Saat melihat wajah Damares. "Papaaaaa!" tanpa ma...