Seno membawa Jenisha ke danau dibawah pohon besar, dimana pertama kali ia mengungkapkan perasaannya pada Jenisha.
Keheningan melanda keduanya. Mereka juga berdiri ditepi danau memberi jarak. Terdengar helaan napas panjang dari, Seno.
"Kita akhiri hubungan ini," ucap Seno tanpa menatap Jenisha.
Ada hantaman keras dihati Jenisha. Menatap Seno disampingnya dan tertawa sumbang, lolos begitu saja air matanya.
"Kamu pikir aku mainan. Yang seenaknya kamu mainin, perasaan aku yang kamu tarik ulur terus."
Tak berkutik.
"Seno, selama hubungan kita kamu nggak pernah bahagiain aku atas kemauan kamu sendiri. Aku terus yang memulai kebahagiaan ini!"
"Fika lebih butuh aku," tutur Seno memberanikan menatap Jenisha.
"Aku juga butuh kamu," lirih Jenisha menatap sendu Seno. "Kebaikan kamu berlebihan."
"Jeni, kamu nggak pernah pahami aku. Dia teman kecil aku, nggak mungkin---"
"Teman kecil terus! Cukup aku ngalah sama Fika ya. Aku capek ngalah, aku masih sayang sama kamu, Seno. Buka mata kamu sedikit aja. Cinta aku buat kamu itu besar."
Jenisha mencoba meraih tangan Seno. Lelaki itu menghindar membuat isakan tangis Jenisha semakin kencang.
"Maaf, Jen," ujar Seno dan pergi.
"SENOOO!! AKU NGGAK MAU HUBUNGAN KITA BERAKHIR!!" teriak Jenisha histeris terduduk di rerumputan.
Hatinya sakit saat Seno meninggalkan nya disini. Sudah cukup ia mengalah pada Fika. Ia juga ingin perhatian Seno sewaktu mereka PDKT dulu.
Bukan hubungan aneh ini.
"Seno... Hiks. Lo jahat sama gue!"
Jenisha memeluk tubuhnya. Di sore hari begini menerima kenyataan yang tak sedap. Baru beberapa minggu hubungan mereka membaik.
Apa guna nya mengurus Fika. Gadis berpenyakit yang akan mati juga. Memanfaatkan keadaan untuk meminta perhatian lebih pada, Seno.
🐈
Setelah membeli minuman. Gempano memilih jalan kaki saja. Ia iseng pergi ke supermarket menggunakan ojol tadi.
Sudah lama tak naik ojol yekan. Maklum, Gempano terbilang anak holang kaya.
"Lama-lama gue santet juga si, Mel! Masa ngga mau sama gue yang jelas ganteng gini," gerutu Gempano sembari berjalan di trotoar.
Hingar bingarnya malam membuat lelaki blasteran perancis itu mengeratkan jaketnya karena dingin.
"Gue kasi berlian mau kagak ya?"
"Apa gue kasi mansion aja biar dia mau nikah sama gue. Beuh kalo kasi mansion makin semangat gue produksi anak sama Mel. Beli tempat tidur yang enak yekan. Hadiahkan baju seksi biar tiap malam olahraga..." ocehan Gempano terhenti saat matanya menangkap sosok perempuan yang memakai seragam sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)
Teen Fiction"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa yang dikatakan Uncle Raka dan Nenek Ani pada-nya. Saat melihat wajah Damares. "Papaaaaa!" tanpa ma...