Bab 32

192K 19.1K 1.2K
                                    

Bahu Auva merosot saat Jenisha menohok jantung-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahu Auva merosot saat Jenisha menohok jantung-nya. Dalam banget perkataannya anjir.

"Nanti malu sendiri kalo kemakan omongan. Sekarang bilangnya nggak cinta hanya buat mainan doang. Tapi, tiap harinya romantisan, cium-cium mulu. Jatuh cinta baru tau rasa, jilat ludah lagi."

"Jeni kalo ngomong nggak ada rem!" ketus Mel menatap Jenisha dengan kesal.

Mereka berada di salah satu restoran jepang di mall. Besok Auva akan pergi ke Yogyakarta, tempat Eyangnya. Menemani Abangnya Raka untuk mempertemukan tunangannya, Meira ke Eyang.

"Dia itu kayak bunglon. Berubah-ubah ditempat yang berbeda. Kadang dingin, kadang nyebelin, kadang aneh," ucap Auva.

"Auva..." panggil Yuni dengan nada serius. "Lo harus bisa bedain cinta."

"Gue tau, tatapannya ke gue cinta, karena terpaksa. Dia bukan cinta sama gue, dia takut kehilangan Ranayya. Sekarang gue dilema, ih!" Auva kesal sekesal-kesalnya.

Ia tau tatapan Damares padanya. Auva masih sulit menerima orang baru, kadang sikapnya pada Damares seperti orang lagi kasmaran. Padahal enggak, ya B aja gitu. Ah tau lah, Auva nggak tau perasaannya sendiri.

"Jadi, lo pacaran apa enggak sama Damares?" tanya Jenisha serius.

"Dia nembak gue, masa ngasi tiga kantong pembalut sama kiranti. Romantis darimana coba? Orang dimana-mana ngasi bunga. Gue rasa cuman, Damares yang beda."

Tawa Yuni dan Mel kembali meledak saat Auva membahas pembalut itu. Terdengar lucu aaja ditelinga mereka berdua. Tidak dengan Jenisha yang merasa biasa saja. Tak ada yang lucu bagi Jenisha.

"Gila romantisnya melindungi mahkota," celetuk Mel disela tawa nya.

"Lo tau pas---plak!"

Auva langsung menampar kepala Yuni. Sudah tau otak kotor gadis itu, apalagi disini ramai. Masa bahas yang... Ya itulah pokoknya.

🐈

Di basecamp pada malam hari ada senam dadakan yang diadakan oleh Gempano, Bayu, Nevano, Akio, dan Benjamin. Mereka berlima memimpin didepan.

Anggota memang cukup banyak ada ratusan remaja lelaki disini. Athaya, Damares, Gibran dan Putra melihat kegabutan itu dari lantai atas.

"Nggak mau nimbrung?" tanya Putra.

Ketiganya kompak mengedikkan bahunya acuh dan menjawab, "Nggak!"

Sedangkan dibawah sangat heboh sekali dengan teriakan kelima remaja yang bisa dibilang gila. Seno hanya mengawasi saja sambil membalas chat dari Jenisha, kekasihnya.

"KIRI! KANAN!"

"PANTATNYA DIGOYANG PUTAR PUTAR!!"

"TANGANNYA ANGKAT KE ATAS MELAMBAI BENCONG!!"

P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang