Auva berada dirumah Nenek Ani. Berkeluh kesah layaknya anak pada orangtua umumnya. Justru Nenek Ani pengganti orangtua Auva dan Raka.
Anak Nenek Ani sudah sukses semua. Ia tak ingin mengikuti anaknya. Lebih tepat betah dirumah pusaka sang suami yang sudah lama meninggal.
"Nenek..." keluh Auva mencebikkan bibirnya saat sedang memakan kukis buatan Nenek Ani.
Nenek Ani yang berada didapur menggeleng lemah. "Apa yang Nenek bilang benar kan? Buka hati kamu untuk, Damares. Jantungmu berdisko itu tanda cinta mulai muncul. Apalagi saat kamu cemburu Damares gendong Indri."
Tidak ada yang Auva tutupi saat bercerita soal perasaannya dan rasa gelisahnya selama ini. Apalagi tentang Damares yang khawatir lebih pada Indri.
Membawa dua gelas susu jahe ditambah bolu hijau ditaburi hiasan seres dan keju diatasnya. Membuat bolu itu semakin enak.
"Kalo sama Rayya, ini hiasan bolu habis dimakannya. Boro-boro mau makan bolunya, belum habis hiasan bolu belum berhenti juga." Nenek Ani sepertinya merindukan Ranayya.
Hanya anak kecil itu saja meramaikan rumahnya. Apalagi Bubu kucing kesayangan Ranayya malah harus berada di dokter hewan. Karena sakit, Auva takut jika penyakit Bubu menular pada Ranayya. Lebih baik dirawat di dokter hewan saja dulu sampai benar-benar sembuh.
Mencicipi sepotong bolu yang tak pernah diragukan keenakannya.
"Bang Bondan ada ngasi kabar ke Nenek?" tanya Auva memecahkan keheningan beberapa menit lalu saat asik menikmati makanan masing masing sambil menonton tayangan televisi sinetron.
"Belum panggilan teleponnya di angkat. Belum berhenti juga berdering ponsel, Nenek."
Auva terkekeh pelan. Terkadang jika tak bisa menghubungi Nenek Ani. Anak Nenek Ani bernama Bondan itu akan menghubungi Auva ataupun Raka.
"Bagaimana dikampus?"
"Setidaknya Nenek merasakan keramaian dan ada kesibukan seperti dulu karena mengajar mahasiswa kampus."
Auva termenung sembari menikmati sinetron FTV itu. Taulah letak channelnya dimana.
"Kata kamu ketemu, Ferdy tadi?" Nenek Ani membuyarkan acara nonton Auva.
Mendengus sebal. "Entahlah, Nek. Perasaan Auva campur aduk sekarang. Rasa luka ada, rasa cinta ada sedikit. Tapi, saat sama Damares juga gitu. Kenapa sih Nek sulit banget kalo ketemu cinta!"
"Cinta itu dirasakan, dilakukan dengan tindakan. Bukan hanya omongan saja, semua orang bisa mengatakan cinta tanpa perasaan. Tindakan lah yang mengatakan sejujurnya."
"Ruwet banget! Percuma cinta-cintaan kalo akhirnya milih orang ketiga. Mana dulu cinta monyet lagi!"
Nenek Ani tertawa pelan membuat Auva menoleh dan menghembuskan napasnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)
Teen Fiction"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa yang dikatakan Uncle Raka dan Nenek Ani pada-nya. Saat melihat wajah Damares. "Papaaaaa!" tanpa ma...