Pagi hari disambut dengan kicauan burung dan sapaan para tetangga yang ramah. Disini banyak kebun teh dan hamparan sawah yang sangat luas, salah satunya milik keluarga Auva.
Udara disini masih asri dan sejuk. Banyak tetangga yang menyapa Auva dan Ranayya setelah mereka membeli sarapan bubur.
Ranayya kembali pergi mengikuti Paman dan Bibi nya ke desa seberang lagi. Auva pun masuk kedalam rumah menuju dapur menemui Nenek Ani dan yang lainnya.
"Obatnya Nek jangan lupa diminum," ujar Auva menyodorkan obat pada Nenek Ani.
"Dimana Eyang?" tanya Meira tunangan Raka saat tak melihat keberadaan Eyang dirumah.
"Biasanya jam segini Eyang dibelakang, senam," jawab Raka menyeruput teh hangatnya.
Meira mengangguk dan ber oh ria saja.
"Damares masih tidur? Katanya kalian mau kesawah?" tutur Nenek Ani.
Setelah perdebatan tadi malam. Akhirnya Damares pun tidur disofa. Mereka berdebat karena kebiasaan Damares jika tidur harus buka baju dan hanya bertelanjang dada.
Mendapatkan suguhan seperti itu membuat Auva memekik tertahan, nikmat mana yang mau Auva dustakan. Tapi, mereka dikamar berdua lagi.
Ck, setelah subuh hari Auva bangun. Damares pun pindah ke kasur. Ia baru bisa meregangkan ototnya, karena sofa dikamar membuat tubuhnya sakit.
"Auva bangunin."
Auva pun masuk kedalam kamar yang gelap itu. Membuka tirai jendela membiarkan cahaya matahari masuk kedalam kamar.
"Bangun, Dam," ucap Auva menggoyangkan tubuh kekar lelaki itu.
"Bentar," gumam Damares setengah sadar.
"Bangun atau gue siram lo pake air panas!" ancam Auva.
"Ck, Mak tiri!" Damares pun mendudukkan dirinya yang masih setengah sadar.
Auva melemparkan baju lelaki itu. "Pakai baju lo, jangan pamer badan!"
"Bilang aja lo ke goda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
P R A G M A ✓ (TERBIT & LENGKAP)
Teen Fiction"Papaaaaa!!" Sontak mata Damares membulat sempurna saat gadis kecil itu meneriaki nama 'Papa' menatap mata mungil itu. Ranayya menjadi mengingat apa yang dikatakan Uncle Raka dan Nenek Ani pada-nya. Saat melihat wajah Damares. "Papaaaaa!" tanpa ma...