Amortentia

217 30 38
                                    

Waktu berlalu dengan cepat, dan kini Regalia sudah berada di Hogwarts Express, siap menyambut tahun ketiganya. Dia cukup antusias, karena setelah mengirimkan sebuah penjepit dasi sebagai hadiah ulang tahun untuk Percy, pemuda itu membalasnya dengan pemberitahuan bahwa dirinya telah diangkat dari prefek menjadi ketua murid.

Ketika kembali dari toilet kereta, Regalia bertemu dengan kekasihnya yang berkeliling untuk memantau keadaan. Percy tidak bicara, namun langsung meraih Regalia ke dalam pelukannya dan menciumi puncak kepala gadisnya itu, menghirup aroma bunga-bunga dari parfum sang kekasih. Regalia memeluk Percy dengan sangat erat, dan menghirup aroma mint dan citrus dari parfumnya.

"Merindukanku, My Pet?" bisik Percy di telinga Regalia.

"Mungkin kau lebih merindukanku, Ketua Murid," balas Regalia dalam bisikan pula.

Percy mengecup bibir Regalia sejenak sebelum melepaskan pelukannya dan menatap mata kekasihnya itu dalam-dalam.

"Andai saja kita seangkatan," ucap Percy.

"Kenapa kalau kita seangkatan?" Regalia menatap Percy dengan sayang.

"Kita bisa lebih cepat menikah," Percy tersenyum.

Regalia terkikik geli, membuat Percy tertawa malu-malu.

"Lihat, sangat bagus," Percy mengusap penjepit dasi yang ia kenakan, "terima kasih, Sayang. Ibuku tak henti-hentinya memuji seleramu."

"Kurasa kau tidak menyadari ini," Regalia menunjuk ikat rambutnya, "menjadi favoritku sejak aku memilikinya."

"Baiklah, Sayang," Percy mengecup kening Regalia, "aku harus berkeliling lagi."

"Sampai jumpa nanti," Regalia mengecup pipi Percy, "makan malamlah di sampingku."

Mereka pun berpisah dan beraktivitas sesuai porsi mereka masing-masing. Regalia hendak kembali ke kompartemennya ketika ia berpapasan dengan Severus Snape.

"Berpacaran di mana pun kau berada, Black?" Snape berusaha menyudutkannya.

"Memangnya kenapa?" tantang Regalia, "Itu tidak dilarang, seingat saya."

"Kau membuatku risi."

"Ataukah Anda merasa iri?"

Mata abu-abu dan mata hitam bertabrakan, menciptakan percikan api tak kasat mata di antara mereka.

"Iri? Untuk apa?" dengus Snape.

"Karena Anda hidup melajang selama puluhan tahun, sementara orang-orang seangkatan Anda telah memiliki anak-anak sebesar saya," Regalia menyunggingkan senyum mencemoohnya, "itu sudah cukup untuk membuat Anda merasa iri, saya rasa."

Regalia hendak melewati Snape dengan angkuh menuju kompartemennya, tetapi Snape menahan pergelangan tangan kirinya, dan memaksanya mendengarkan kata-katanya.

"Detensi setiap jam delapan malam selama sepuluh hari di ruanganku, Black," ujar Snape.

"Sekolah bahkan belum dimulai!" Regalia berusaha mengelak.

"Ketidaksopananmu patut diberi pelajaran, Black, sadarilah itu!" Snape melepaskan pegangannya, lalu melanjutkan langkahnya menyusuri gerbong demi gerbong.

Di aula besar, Percy benar-benar duduk di samping Regalia, menjauhkan Oliver dari kekasihnya itu. Regalia segera menceritakan perihal detensi yang ia dapatkan, dan Percy hanya mengangguk maklum, lantas mengusap rambut Regalia sebagai bentuk dukungan agar kekasihnya tidak bersedih hati.

Acara seleksi dimulai, dan anak-anak kelas satu mulai dipanggil untuk memakai topi butut yang sama dari tahun ke tahun.

"Black, Lokabrenna!"

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang