"Jadi, detensi macam apa yang diberikan oleh Snape kepadamu?" tanya Harriett pada tengah hari.
"Membersihkan seluruh toples dan botol di ruangannya," jawab Regalia.
"Dengan cara muggle?" cecar Harriett.
"Dengan cara muggle."
"Keterlaluan," Harriett menggerutu.
"Apanya yang keterlaluan?" Regalia tertawa, "Ibuku juga sering menyuruhku membersihkan barang-barang di rumah dengan cara muggle kalau Kreacher dianggap tidak becus membersihkannya, 'kan?"
"Iya, tapi, tidak seharusnya itu dilakukan tiga hari berturut-turut," desah Harriett, "apalagi kau punya sangat banyak tugas lain."
"Biarkan saja. Dia hanya membenciku karena aku bukan ibumu."
"Regalia..." Harriett mendesah tak suka.
"Aku tidak salah, 'kan?"
Lalu, mereka diam. Harriett mengerjakan PR Sejarah Sihirnya lagi, sedangkan Regalia menatap langit-langit Hospital Wings.
"Bagaimana jika aku mati, Harriett?" celetuk Regalia, "Bukankah itu bagus? Selama ini, aku menjadi hanya penghalang bagi kebahagiaan banyak orang. Kau tahu itu?"
"Ah, kau ini bicara apa!" sahut Harriett dengan tajam. "Kalau kau mati, siapa yang akan mengisi posisimu? Tidak ada. Dan siapa yang akan memberikan kesempatan kepada para murid untuk berkarya? Kebahagiaan siapa yang kau halangi? Kau melucu! Kau mengada-ada semenjak pria tua itu mendepakmu dari hidupnya! Ayolah, Regalia, kau bisa mendapatkan yang lebih baik darinya."
***
"Kau benar-benar tidak keberatan jika aku memintamu membantuku di akhir pekan seperti ini?" tanya Snape pada Celeste, "Teman-temanmu sedang bersenang-senang di Hogsmeade."
"Tidak apa-apa," Celeste tersenyum. "Saya justru merasa senang. Saya bisa membereskan berkas-berkas dengan sangat baik, dan saya juga bisa menjadi pendengar yang baik."
"Aku tidak memerlukan pendengar yang baik," elak Snape.
"Sungguh?" Celeste tersenyum, "Saya justru mengira Anda sedang kebingungan akhir-akhir ini."
"Aku tidak bingung akan apa pun," ujar Snape.
"Oh," Celeste tertawa kecil, "berarti sayalah yang sedang kebingungan."
"Memangnya apa yang bisa dibingungkan oleh bocah sepertimu selain pelajaran yang tidak sanggup kau jalani?" Snape setengah mencemooh.
"Cinta yang bertepuk sebelah tangan," jawab Celeste. "Sangat menyakitkan, andai Anda tahu."
"Aku tahu," Snape menanggapi.
"Anda tahu?"
"Lupakan."
"Apa yang terjadi antara Anda dengan Regalia?" Celeste memberanikan diri untuk bertanya.
"Apa maksudmu?" Snape menatap tajam pada Celeste, namun wajahnya tetap datar.
"Saya tahu, Anda menjalin hubungan dengannya," ungkap Celeste, "dan saya pernah melihat Anda berciuman dengannya. Anda mungkin tidak tahu, dia adalah pemenang dalam kompetisi memperebutkan hati Anda. Dan sayalah si Kalah. Selain beruntung, mungkin memang demikianlah takdirnya."
"Maksudmu, kau juga menyimpan perasaan kepadaku?"
"Bukankah sudah jelas, Profesor?" Celeste tertawa getir.
"Jangan menyimpan perasaan kepadaku, Lestrange," Snape memperingatkan.
"Kenapa? Apakah hanya Regalia yang boleh mendiami hati Anda?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Among the Choices
FanfictionOrang-orang bilang, hidup adalah pilihan. Tetapi, nyatanya, kita tidak bisa memilih di keluarga macam apa kita dilahirkan, atau kepada siapa kita jatuh cinta. Dan inilah dia, Regalia Andromeda Black, seorang gadis yang terlahir sebagai anak pertama...