Terkoyak

143 17 126
                                    

⚠️WARNING⚠️
Mengandung adegan 18+.
Selamat menikmati, kalau memang bisa dinikmati.
.
.
.

Lokabrenna menyendiri di salah satu balkon kastil demi menenangkan dirinya sendiri. Kakak perempuannya benar-benar seperti iblis dari neraka.

"Hai," Cedric menyapanya, "boleh aku bergabung?"

"Tentu saja, Profesor, silakan," Lokabrenna memberikan izinnya.

"Kau adalah adik perempuan Regalia, kalau aku tidak salah mengerti," Cedric menatap Lokabrenna dalam-dalam.

"Ya, begitulah," Lokabrenna membenarkan dengan ogah-ogahan.

"Kakakmu itu benar-benar belum selesai dengan masa lalunya, ya?"

"Maaf?" Lokabrenna mengernyit, kendati dalam hati ia sudah tahu jika Cedric menyukai Regalia.

"Dia masih mengharapkan Percy Weasley."

"Begitu pula sebaliknya," Lokabrenna mendesah.

"Menyedihkan sekali bagiku."

"Menyedihkan bagi saya juga."

Mereka pun tetap di sana sampai senja tiba, dan memandang matahari terbenam bersama-sama. Mengasihani diri sendiri.

***

Waktu bergulir dengan cepat setelahnya. Regalia meninggalkan kelas Sejarah Sihir karena dia memang tidak mengambilnya sejak awal, sehingga waktunya pada hari Senin benar-benar kosong dan bisa ia gunakan untuk fokus mengerjakan tugas-tugas yang lain.

Di lain sisi, Celeste telah sepenuhnya menjadi asisten Profesor Snape, seperti yang pernah dialami oleh Regalia, dan Regalia mengetahuinya dari Adelina. Dan meskipun Celeste tidak begitu luar biasa seperti Regalia, tetapi memiliki Celeste untuk membantu tidaklah membuat Snape merasa rugi.

Pada suatu sore di pertengahan November, ketika Harriett, Ron, dan Ginny pergi berlatih quidditch, Cormac McLaggen menemui Regalia di ruang rekreasi Gryffindor untuk memberitahukan hasil wawancaranya.

"Kau harus setuju!" Cormac berseru penuh percaya diri.

"Dan mengapa aku harus setuju?" Regalia meraih perkamen yang diulurkan oleh Cormac.

"Karena Profesor Dumbledore sudah setuju!" Cormac tersenyum ceria.

"Kepala sekolah?" Regalia memeriksa bagian paling bawah dari perkamen sepanjang tiga perempat meter itu, lantas mendapati tanda tangan Albus Dumbledore di sana. "Kau meminta persetujuan kepala sekolah untuk artikelmu?"

"Karena materi yang kuangkat sangat riskan, Regalia," Cormac menjelaskan, "coba kau baca sendiri."

Regalia membutuhkan waktu sekitar lima belas menit untuk membaca dan memahaminya dari awal sampai akhir sebelum bisa memutuskan.

"Profesor Dumbledore menyetujui ini, ya?" Regalia masih ragu-ragu.

"Kau bisa lihat sendiri."

"Baiklah, kau tinggal menyetorkannya kepada Luna," Regalia menandatangani perkamen itu.

"Tapi, aku hendak merapikannya sedikit lagi sebelum memberikannya pada Luna. Apakah aku memerlukan tanda tangan darimu lagi?"

"Tentu saja. Itu harus."

"Baiklah, nanti kau tinggal tanda tangan saja. Aku hanya merapikannya sedikit kok. Tidak perlu dibaca ulang sih."

"Baiklah, baiklah."

Setelah Cormac pergi, Regalia kembali fokus pada pekerjaannya yang lain lagi. Ia memeriksa ulang catatan-catatannya, terutama materi yang ia ambil hari ini. Ia menulis tentang air sungai Gangga, sungai Nil, sungai Eufrat, sungai Lethe, dan sungai Mnemosyne. Ia memeriksa lagi dan lagi. Lantas, keningnya berkerut.

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang