Akhir Mei

182 26 87
                                    

Terlelap dengan damai. Loreen tidak memiliki nyali untuk menghancurkan ketenangan Severus Snape. Ia pun kembali menembus lantai demi lantai secara membabi buta, lalu melayang dari satu menara ke menara lain, dan secara tidak sengaja bertemu dengan Dumbledore di kandang burung hantu.

"Jalan-jalan, Loreen?" sapa Dumbledore.

"Melayang, Kepala Sekolah," Loreen menanggapi.

"Sudah menyesuaikan diri dengan seluruh Hogwarts?" tanya Dumbledore.

"Ya, Kepala Sekolah," Loreen mengangguk dengan bersemangat.

"Membantu menyelesaikan masalah orang lain?" seloroh Dumbledore.

"Ah, jangan berkata begitu, Kepala Sekolah," Loreen merosot ke lantai, "saya jadi merasa tidak enak."

"Aku mengerti, niatmu baik," Dumbledore terkekeh, "sangat baik. Aku tidak akan banyak menegurmu mulai sekarang. Dari Aberforth, aku mengerti banyak tentangmu. Lakukan apa yang menurutmu benar, Loreen. Seperti katamu, kau adalah hantu baik yang senang menolong."

"Kepala Sekolah tidak marah kepada saya?" mata Loreen membulat.

"Tidak," Dumbledore terkekeh lagi, "karena kau pasti memiliki alasan kuat mengapa kau selalu ingin membantu orang lain. Mungkin kau memilih menjadi hantu karena kau memang ingin membantu orang lain, aku tak tahu. Tapi, kalau memang benar begitu, aku tidak ingin menghalang-halangimu."

"Terima kasih banyak, Kepala Sekolah," ucap Loreen sebelum menjatuhkan diri menembus lantai demi lantai lagi. Entah mengapa, sepertinya ia sangat suka melakukan ini.

***

Ketika fajar menyingsing, pada hari Minggu yang cukup sejuk karena di luar gerimis turun kecil-kecil, Percy dan Regalia terbangun di kamar kebutuhan dalam posisi yang sama seperti saat mereka jatuh tertidur. Regalia menggeliat dan memutar agar bisa menatap Percy, dan mereka saling tersenyum.

"Selamat pagi, Sayang," Percy mengecup kening Regalia, kemudian mereka melakukan morning kiss, seperti yang selalu mereka lakukan setiap bangun pagi di depan perapian ruang rekreasi.

"Apakah kamar ini punya kamar mandi?" Regalia mendudukkan dirinya, lalu melihat sekeliling, "Oh, ada di belakang sana. Sayang, aku mau mandi dulu."

"Oke, setelah itu aku."

Regalia turun dari ranjang, kemudian memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, lantas ke kamar mandi dan mengguyur dirinya dengan air hangat. Selangkangannya perih ketika ia berjalan, dan saat ia bercermin, ia bisa melihat leher, pundak, dan dadanya dipenuhi cupang. Bekas merah itu membuat Regalia melayang mengingat apa yang telah terjadi semalam. Mereka berdua benar-benar liar dan heboh. Kalau keluarga besarnya tahu, mereka pasti akan marah besar karena merasa malu.

Setelah merasa bersih, Regalia segera berpakaian dan keluar, berlatih berjalan dengan baik agar tak ada orang yang tahu jika selangkangannya tidak beres.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya Percy sebelum memasuki kamar mandi.

"Selangkanganku sakit," jawab Regalia.

"Aku benar-benar meminta maaf, Sayang," Percy mengecup pipi Regalia. "Sangat tidak adil. Kau kesakitan, sementara aku hanya merasakan kenikmatan."

"Sudahlah. Cepat mandi! Kita harus kembali ke asrama untuk berganti pakaian dan mencari cara untuk menutupi bekas-bekas ini!" Regalia menunjuk lehernya yang dipenuhi cupang.

***

"Sejak kapan kau duduk seperti pengemis di situ?" tanya Snape pada Loreen yang duduk memelas di sudut ruangannya.

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang