Terduga

103 16 106
                                    

"Apakah aku harus berpura-pura tidak melihatnya?" Hannah Abbott menatap Regalia dalam-dalam, "Lain kali, jangan melakukannya di koridor gerbong. Kalian tidak akan tahu siapa yang bisa memergoki kalian, bahkan meskipun ini masih pagi buta. Jadi, sejak kapan?"

"Pertanyaan yang sebenarnya adalah, kenapa kau sudah berada di sini?" Regalia balik menatap nyalang pada Hannah, "Kau sendiri yang bilang jika ini masih pagi buta."

"Aku sedikit cekcok dengan ibuku," Hannah memasuki kompartemen itu, menutup pintunya, lalu duduk di samping Regalia, "karena dia selalu berada di pihak Elizabeth. Kau tahu, aku sudah bersama tongkatku selama lima tahun, sampai akhirnya Elizabeth mematahkannya secara sengaja karena merasa Ayah lebih sayang padaku daripada padanya, padahal Ayah selalu bersikap adil. Ayahku seorang Hufflepuff, kau tahu. Ayahku tidak mungkin bersikap tidak adil. Karena tongkatku patah, mau tak mau, aku harus membeli tongkat yang baru. Ketika melihatku masih memberengut karena masalah itu, ibuku justru marah kepadaku. Padahal bukan aku yang bersalah! Jadi, aku ber-Apparate ke sini. Begitulah. Jadi, sejak kapan kau punya hubungan dengan Profesor Snape?"

Hannah Abbott selalu tidak bisa dialihkan dari pembicaraan awal.

"Jangan dipikirkan," wajah Regalia memerah.

"Tidak heran," Hannah menatap langit-langit kompartemen, "karena kau memang sangat cerdas. Tentu saja, kau mampu menggeser Lily Potter di hatinya."

"Apa yang kau bicarakan, Hannah?"

"Aku tahu, sebenarnya, kedekatan antara Profesor Snape dengan Lily Potter adalah suatu kebenaran," Hannah tertawa, "tapi, bukan tugas majalah kita untuk membicarakannya, 'kan? Itu tugas Daily Prophet dan Witch Weekly. Biarkan reporter mereka makan dari berita semacam itu. Kita bisa membuat berita lain yang lebih sesuai dengan pasar kita. Meskipun kedekatan mereka itu benar, tentu saja, Harriett bukan anak Profesor Snape. Itu konyol. Lalu, sejujurnya, aku senang karena guru ramuan kita yang jomlo menahun itu akhirnya mendapatkan kekasih yang tepat."

"Kau pasti mengetahuinya sejak lama juga," Regalia menebak.

"Aku sudah curiga sejak beliau memberikan sekantong cokelat kodok untukmu di Hospital Wings. Tetapi itu bukan urusanku, 'kan?" Hannah tersenyum pada Regalia, "Walaupun aku penasaran sejak kapan."

"Aku juga penasaran," pintu kompartemen terbuka, dan Draco Malfoy muncul. "Jadi, Sepupuku, itukah yang membuatmu berlarian ke sana kemari menghindari perjodohan dengan Corvus Lestrange?"

"Kau mau melapor pada Griselda?" Regalia menatap Draco dengan tajam.

"Tidak ada untungnya bagiku," Draco menutup pintu kompartemen dan duduk berhadapan dengan Regalia. "Aku juga tahu jika Adelina memiliki hubungan dengan Oliver Wood. Semau-mau kalian saja, aku tidak peduli. Lagipula, pasti tidak enak jika harus menikahi orang yang tidak kita cintai."

"Apakah sudah mulai banyak yang datang ke sini, Draco?" Regalia mengintip ke luar jendela.

"Ada beberapa," Draco menarik tirai jendela menutup, "dan sebaiknya kita jangan sampai terlihat. Regalia masih dalam pencarian, dan jika Hannah terlihat bersama Regalia, seluruh keluarga Abbott bisa berada dalam masalah, kendati aku yakin Regalia tidak bersembunyi di rumahmu, Hannah."

"Memang tidak," Hannah menegaskan, "karena kami baru bertemu sekarang."

"Itulah," ucap Draco. "Sekarang, diam. Jangan sampai Bibi Griselda tahu jika Regalia sudah berada di sini."

Di luar kereta, Griselda bersama Sirius mengantarkan Lokabrenna dan Hydrus. Regulus dan Puspita juga ikut bersama mereka. Jelas jika Regulus hendak mengucapkan sampai jumpa pada kekasihnya. Sedangkan Puspita hanya tidak ingin ditinggalkan sendirian di Grimmauld Place bersama Kreacher.

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang