Regu Manikmaya

143 26 129
                                    

Regu Manikmaya ini adalah regu khusus dari Serikat Sihir Indonesia yang memburu dan menghancurkan makhluk-makhluk berbahaya dari Indonesia yang ada di dalam maupun luar negeri. Mereka terdiri dari Puspita Wijaya dari Tanah Jawa, Lidya Patianom dari Tanah Dayak, Charles Nasution dari Tanah Batak, Ida Bagus Wisnu dari Tanah Bali, dan Michael Wonda dari Tanah Papua. Mereka bekerja dibawah naungan Serikat Sihir Indonesia.

"Jadi, kalian memburu sesuatu yang bersembunyi di sini?" tanya Snape.

"Tentu saja," jawab Puspita dengan senyuman di wajahnya, "kalau tidak, kami tidak akan bergantian mengelilingi Inggris selama bertahun-tahun."

Senyuman Puspita itu terlihat menjengkelkan bagi Snape, seolah-olah mengolok dan mengatakan bahwa Snape hanyalah mainannya selama ini. Snape memang tidak jatuh hati pada Puspita, tetapi digoda dan dilupakan begitu saja seperti itu rasanya sangat tidak menyenangkan.

"Loreen," Dumbledore tersenyum pada sudut ruangan, tempat sebuah kepala tembus pandang menyembul di lantai, "kau pasti ada di sini untuk mengikuti Severus. Tapi kau punya tugas khusus sekarang."

***

Regalia bertemu dengan Percy dalam perjalanan menuju stadion lapangan quidditch. Kali ini, Regalia tidak memiliki siapa pun untuk menjadi tameng antara dirinya dengan Percy.

"Datang untuk memberikan dukungan pada Diggory, Regalia?" tanya Percy dengan sinis.

"Tidak," Regalia menatap Percy dengan pandangan menantang, "aku datang hanya untuk bertemu dan berbincang denganmu."

"Ah, lucu sekali," Percy tertawa hambar.

"Haha, tentu saja," Regalia tertawa sarkas.

Mereka berjalan beriringan menuju stadion, masing-masing terlarut dalam pikirannya sendiri, namun dengan inti yang sama, yakni mengapa mereka bisa berpisah dengan begitu buruk padahal hubungan mereka begitu baik. Masing-masing bertanya-tanya, mengapa harus ada orang ketiga jika mereka berdua jelas sudah cukup.

"Apakah kau pacaran dengan Diggory sekarang?" tanya Percy.

"Tidak," jawab Regalia.

"Apakah aku benar-benar mengatakan bahwa aku tidak mencintaimu malam itu?"

"Ya."

"Itu seperti bukan aku, 'kan?"

"Tapi itu kau."

Mereka pun berpisah, karena tempat mereka di stadion itu berbeda.

***

"Saya?" mata Loreen mengerjap tak percaya.

"Ya," Dumbledore mengangguk, "antarkan mereka ke gorong-gorong kastil. Aku yakin kau tahu jalannya lebih baik dari siapa pun."

"Jalan ke mana, Dumbledore?" tanya Snape dan McGonagall bersama-sama.

"Kamar Rahasia," jawab Dumbledore.

"Loreen tahu?" Snape memandang Dumbledore dan Loreen secara bergantian.

"Aku pernah kesasar sampai ke sana saat masih bersekolah," ungkap Loreen, "aku telah menceritakan itu kepada Kepala Sekolah. Jadi, ya, aku tahu jalan ke sana, bahkan setelah ratusan tahun. Aku memeriksa jalan ke sana secara berkala, takut kalau-kalau ada murid yang kesasar ke sana juga, walaupun tak akan ada yang bisa membuka pintunya kecuali mereka bisa Parselmouth alias bahasa ular."

"Puspita," Michael memanggil Puspita, "ko bisa to?"

"Pasti bisa lah," jawab Puspita, "ko pikir sa bagaimana bisa cari itu makhluk. Sa su rayap-rayap macam cicak gila sambil desis-desis."

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang