Buku dan Perkamen

204 31 56
                                    

"Kenapa?" tantang Oliver, "Cemburu, Mr. Weasley?"

"Jaga sikapmu, Wood," gertak Percy, "kau tahu, dia gadisku."

"Gadismu?" Regalia menyela diantara ketegangan itu, "Sejak kapan aku adalah gadismu? Kita tidak pernah membahas apa pun tentang hal semacam itu, Percy. Kau dan aku hanyalah teman baik."

"Hanya teman baik?" cibir Percy, "Apakah kau bertukar hadiah natal dengan teman baikmu yang lain, Regalia? Apakah kau memberikan sesuatu yang begitu berarti pada teman baikmu yang lain, Regalia? Dan kita hanya teman baik?"

"Percy, kita tidak pernah melakukan musyawarah dengan pacaran sebagai hasil akhir kesepakatannya," ujar Regalia.

"Kalau begitu, di depan Wood, ayo kita luruskan semuanya," ajak Percy.

"Meluruskan apa? Kau mau memintaku menjadi pacarmu?" Regalia menatap Percy dengan pandangan tak percaya.

"Ya, kalau kau mau," Percy menegaskan.

"Atas dasar apa?" tanya Regalia.

"Kau tidak bisa melihatnya?" Percy menatap Regalia dalam-dalam, "Aku menyukaimu. Jatuh cinta, lebih tepatnya."

"Percy, aku anak kelas dua!" Regalia mengingatkan.

"Tiga belas tahun, 'kan?" Percy berdalih, "Hanya tiga tahun lebih muda dariku."

"Kawan-Kawan, aku permisi, ya," Oliver pamit.

"Tidak!"

Baik Percy maupun Regalia, keduanya menahan Oliver dengan mencengkeram masing-masing tangan kaptem tim quidditch tersebut.

"Untuk apa aku di sini? Menyaksikan kalian menyelesaikan urusan pribadi?" raung Oliver frustrasi.

"Agar kau bisa melihat dengan mata kepalamu sendiri, jawaban apa yang akan diberikan oleh Regalia," desis Percy.

"Maka aku akan menjawab ya jika memang itu yang kau mau," ungkap Regalia dengan pasrah.

"Jangan menjawabnya demi aku, Regalia," sanggah Percy, "tapi demi dirimu. Pikirkan dirimu sebelum orang lain. Jika kau berpikir kau akan lebih bahagia dengan menjadi pacarku, kau boleh menjawab iya. Tapi kalau tidak ada setitik pun ketertarikan kepadaku, kau boleh menolak."

"Aku tertarik padamu, Percy, dan aku ingin kau tahu jika Oliver hanya teman baikku, jadi kau tidak perlu cemburu," ungkap Regalia. "Oliver, kita tidak boleh terlalu akrab lagi sekarang. Kau tahu, pacarku sangat mudah cemburu."

Regalia menyunggingkan senyuman sekilas pada Percy sebelum pergi meninggalkan kedua anak kelas enam tersebut.

Setelah sepuluh langkah jauhnya dari Percy dan Oliver, Regalia seakan baru tersadar akan apa yang terjadi. Ia mulai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, bagaimana awalnya? Bagaimana dia bisa berakhir menjadi pacar Percy Weasley?

Oh, tidak, pikirnya. Bagaimana kalau Regulus sampai tahu jika ia berpacaran dengan seorang Weasley? Apakah Regulus akan tetap baik kepadanya? Ataukah Regulus akan kecewa dan menelantarkannya? Bagaimana jika Regulus akan berhenti peduli maupun memperjuangkan nasibnya?

Bagaimana awalnya? Kenapa bisa berakhir seperti ini? Apakah pemikirannya begitu dangkal sehingga ia mau menerima tawaran untuk pacaran tanpa memikirkannya masak-masak? Apalagi Weasley adalah pengkhianat darah!

Tapi, kendati pengkhianat darah, pecinta muggle, atau apalah itu, Weasley tetaplah Berdarah-Murni. Tidak bisakah hubungan mereka mendapatkan keringanan?

"Jadi, Sayang," tanpa diundang, Percy sudah berada di sampingnya dan mendekap pundaknya dengan erat, "kau benar-benar tertarik dan menyukaiku?"

"Kurasa begitu," jawab Regalia singkat.

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang