Mahadana dan Kundali

118 13 111
                                    

Pada hari Minggu yang dihiasi gerimis, Harriett mencari sebuah ruangan kosong di kastil, lalu mengajak Regalia mendiskusikan rencana musim panas mereka sekali lagi.

"Harus matang dan terorganisasi dengan baik kali ini," ujar Harriett di depan cermin tarsah. Dan meskipun cermin itu menampakkan segala hal yang mereka inginkan, mereka mengabaikannya. Andai cermin tarsah adalah benda hidup, cermin itu pasti sudah merajuk karena diabaikan oleh dua gadis ini.

"Musim panas lalu benar-benar tanpa rencana, tapi kita lolos sampai hari ini," Regalia berkilah.

"Kita tidak bisa mengandalkan keberuntungan untuk kedua kalinya, Regalia," Harriett berkeras.

"Oke, oke, begini," Regalia menarik napas, "kita tidak bisa menyusun rencana sampai aku mendapatkan surat pemberitahuan dari St. Mungo."

"Surat apa? Pemberitahuan apa? Kenapa St. Mungo? Kau sakit atau apa?" Harriett mencecar habis-habisan.

"Intinya, akan ada saatnya kita tinggal di rumah muggle keluarga Snape juga," Regalia melanjutkan.

"Apakah kau sudah menyusun segalanya dalam kepalamu?" Harriett melemparkan tatapan menuduh.

"Selalu," jawab Regalia. "Tapi, diantara waktu-waktu itu, aku akan menuruti idemu. Aku yakin kau pasti telah memikirkan suatu tempat yang sangat aman. Kalau tidak, kau tidak akan memanggilku untuk bicara secara serius seperti ini."

***

Pada hari Jumat terakhir bulan Maret, karena suatu kesalahan, Celeste mendapatkan detensi dari Profesor McGonagall yang harus dilaksanakan pada hari Sabtu, yang berarti ia tidak bisa menghabiskan akhir pekan bersama Regulus. Ia benar-benar merasa dongkol karenanya.

Segera saja Celeste mengirimkan surat pada Regulus, memberitahukan tentang detensi itu.

Namun, pada hari Sabtu, tanpa sepengetahuan Celeste, Regulus tetap datang ke Hogsmeade, berniat menghabiskan waktu di Hog's Head. Ia tidak bisa absen walau hanya satu kali. Meskipun tidak setiap hari, setidaknya, setiap akhir pekan, ia harus memastikan bahwa Puspita baik-baik saja. Kenapa? Entahlah. Ia tidak tahu.

Di rumah minum milik Aberforth itu, Regulus melihat keponakan kesayangannya sedang berkumpul dengan Harriett Potter, Daphne Greengrass, dan Snavy Shafiq. Di meja lain, Puspita menikmati sarapannya bersama Amurti. Kakak-beradik Wijaya itu memakai baju yang sama-sama berwarna abu-abu, terlihat begitu kompak.

"Mbak Ed, dengarkan aku," ujar Amurti.

"Diam!" Puspita mengacungkan pisau makan ke arah adiknya itu, "Aku bilang tutup mulut, artinya tutup mulut! Kalau aku tahu mulutmu sekarang begitu ember, aku tidak akan menceritakan apa pun padamu! Lebih baik kutanggung segalanya sendirian!"

Sementara itu, Regalia dan teman-temannya sedikit berbisik-bisik agar tidak dicuri dengar oleh siapa pun.

"Tumben kakak laki-lakimu belum muncul untuk mendekati Miss Puspita?" tanya Regalia pada Snavy.

"Dia ada tugas hari ini," Snavy memutar bola matanya, "berkaitan dengan pertemuan Pak Menteri dengan Menteri Sihir Bulgaria."

"Setidaknya, kalau ada Robert Shafiq, Miss Puspita tidak akan marah-marah terus pada Amurti Wijaya," Regalia melirik meja Puspita.

"Halo!" Loreen muncul dari balik dinding, membuat Harriett terlonjak, seperti yang selalu terjadi.

"Andai hantu bisa mati lagi, aku akan membunuhmu," gerutu Harriett. "Nick juga hantu, tapi tidak pernah mengagetkan orang seperti yang kau lakukan!"

"Di mana Celeste?" tanya Regalia pada Daphne dan Snavy.

"Dia mendapatkan detensi dari Profesor McGonagall," Daphne menyulut pipanya, membuat pygmy puff hijau botolnya melarikan diri ke pangkuan Harriett, "dan kurasa sekarang sedang menanam kembang kol raksasa di kebun Hagrid."

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang