"Profesor," Regalia menatap tajam pada Snape yang duduk di sudut ruangan, "bisa Anda jelaskan mengapa cerita pendek orisinal milik saya bisa ada pada Anda?"
Snape terpaku di tempatnya, tetapi kemudian ia segera menguasai diri, dan dengan tenang berjalan mendekati Regalia.
"Saat kau masih kelas satu, kau menjatuhkannya di kandang burung hantu," jawab Snape dengan tenang.
"Dan Anda tidak mengembalikannya kepada saya," Regalia meletakkan perkamen itu di atas meja, dan wajahnya memberengut, berusaha menyembunyikan kekesalannya.
"Tapi aku menyimpannya dengan baik, 'kan? Kau harus berterima kasih."
Regalia mengabaikan ucapan Snape, lantas mencari perkamen yang kosong, dan mulai mandata bahan-bahan serta ramuan yang ada di ruangan itu.
"Profesor," Regalia terpaku di depan deretan botol Amortentia, "kita kehilangan satu botol Amortentia."
"Kau yakin?" Snape mendekati Regalia yang tercenung di depan deretan botol-botol berbentuk hati.
"Saya ingat, total semuanya seharusnya tiga belas, tetapi sekarang hanya ada dua belas," Regalia agak panik. "Bagaimana jika ada yang mencuri dan manyalahgunakannya?"
"Kalau itu terjadi, kita akan mengetahuinya. Jangan ambil pusing tentang segala sesuatu," Snape meremas pundak Regalia untuk menenangkan gadis itu.
Dengan satu helaan napas pasrah, Regalia mendata kembali ramuan-ramuan yang lain, kemudian meletakkan catatannya di meja Snape.
"Profesor, saya sudah selesai," kata Regalia.
"Kembalilah ke asramamu."
Demikianlah detensi itu berakhir, lantas Regalia membawa perkamennya keluar, dan ternyata Percy sedang menunggu Regalia di depan kantor Snape. Pemuda itu segera merengkuh Regalia ke dalam dekapannya.
Tanpa diketahui oleh Regalia dan Percy, Snape menyaksikan mereka berjalan menjauh tanpa berniat memotong angka asrama mereka sama sekali. Percy mengecup puncak kepala Regalia, mengusap-usap pundak gadis itu dengan sayang, dan Snape hanya menyaksikannya tanpa berniat menghancurkan kebahagiaan mereka.
Mendapati dirinya tidak bersikap kejam, Snape jadi heran sendiri. Jelas-jelas Percy menjemput Regalia di atas jam malam, dan mereka akan bermesraan di sepanjang jalan menuju asrama Gryffindor, tetapi Snape seakan tidak bersemangat untuk memotong angka asrama Regalia.
"Halo!" kepala sesosok hantu perempuan berkilauan bak mutiara menyembul dari langit-langit, "Apa yang kau lihat Pak Guru? Oh, anak muda. Cinta monyet, biasanya."
"Apa yang kau lakukan di Hogwarts?!" sembur Snape pada Loreen.
"Aberforth memintaku menyampaikan pesan pada Dumbledore, jadi, kulakukan saja," Loreen muncul dari langit-langit sepenuhnya.
"Hantu macam apa kau ini, bisa-bisanya disuruh-suruh oleh Aberforth," dengus Snape sembari menutup pintu ruangannya.
"Aku hantu baik hati yang senang membantu," Loreen menembus pintu Snape dan ikut masuk, "jadi, kalau kau butuh bantuanku, katakan saja."
"Tidak," jawab Snape ketus.
"Oh, ya ampun, sudah kukatakan padamu," Loreen duduk di atas salah satu rak bahan ramuan Severus, "kalau kau merelakan seseorang yang kau sukai berbahagia meskipun dengan orang lain, itu berarti kau mencintainya."
"Aku tidak menyukainya," sangkal Snape, "dia adalah putri dari musuh bebuyutanku."
"Kau tidak bisa memilih kepada siapa kau akan jatuh cinta," Loreen memperhatikan Snape memeriksa data yang ditulis oleh Regalia. "Aku telah berkelana selama ratusan tahun, dan aku telah melihat banyak hal. Dari semuanya itu, aku membuat kesimpulan bahwa kita tidak dapat memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Among the Choices
FanfictionOrang-orang bilang, hidup adalah pilihan. Tetapi, nyatanya, kita tidak bisa memilih di keluarga macam apa kita dilahirkan, atau kepada siapa kita jatuh cinta. Dan inilah dia, Regalia Andromeda Black, seorang gadis yang terlahir sebagai anak pertama...