"Sayang?" Regulus menggenggam tangan Celeste, sedangkan yang bersangkutan sedang memperhatikan meja Regalia, "Ada masalah?"
"Tidak, Sayang," jawab Celeste sambil mengalihkan perhatian pada kekasihnya, "hanya penasaran kenapa orang-orang asing ini berbondong-bondong mendatangi negara kita."
"Mungkin mereka memiliki masalah di tempat asal mereka, sehingga mereka membutuhkan liburan sejenak," kata Regulus.
Daphne Greengrass memasuki Hog's Head, lalu langsung bergabung dengan Regalia dan Harriett tanpa repot-repot berkenalan dengan Amurti. Seekor pygmy puff hijau botol melompat-lonpat di pundaknya. Tanpa basa-basi, ia mengeluarkan pipa tembakau dari dalam tasnya, dan segera menyulutnya, lalu mengisapnya dalam-dalam.
"Dia pikir dia bisa menghentikanku," Daphne mengepulkan asap dari mulutnya. "Hah! Dia salah besar! Aku membutuhkan pipa tembakau ini melebihi aku membutuhkan cintanya."
"Kau kecanduan," Amurti menyela.
"Maaf, aku belum mengenalmu, Tuan," Daphne mengisap pipanya dalam-dalam.
"Amurti Wijaya," ucap Amurti sebelum meminum butterbeer-nya.
"Wijaya?" Daphne mengernyit, "Wijaya?! Suami Miss Puspita?!"
"Adik laki-lakinya!" sembur Regalia dan Harriett secara bersamaan.
"Oh, oke," Daphne mengepul-ngepulkan asapnya lagi.
Sementara itu, di atas, Puspita melahap spaghetti-nya sendirian, sambil memikirkan apa kiranya yang harus ia lakukan setelah ini. Ia tidak bisa hanya diam di kamar Hog's Head dan tidak melakukan sesuatu yang menghasilkan uang. Dia butuh uang. Dia punya banyak uang di buku tabungannya, tapi dia tetap harus melakukan sesuatu agar uangnya semakin banyak.
Setelah menghabiskan makananya, mandi, dan berdandan rapi, Puspita membawa piring dan gelas kotornya turun. Ternyata, semua orang masih berada di sana, dan malah semakin banyak pengunjung yang datang. Puspita mengabaikan hiruk-pikuk itu, lantas memberikan piring dan gelas kotornya pada Aberforth.
Pintu Hog's Head terbuka, dan Shafiq bersaudara masuk. Snavy yang merasa berteman dengan Daphne, sekaligus mengenal Regalia, langsung menuju meja Regalia, meramaikan meja itu. Karena dipenuhi oleh anak perempuan, bukannya semakin gencar mencari pacar, Amurti malah memutuskan untuk kembali ke counter desk. Sementara itu, Robert Shafiq juga mendekati counter desk untuk menemui Puspita yang sedang menenggak segelas anggur.
"Halo, Puspita, kuharap kau baik-baik saja," Robert menyapa Puspita.
"Tentu, tentu," Puspita mengangguk, "dan mengapa aku harus tidak baik-baik saja?"
"Tentu saja kau memang seharusnya baik-baik saja," Robert tersenyum. "Kuharap, tidak ada hal maupun orang yang bisa membuatmu tidak nyaman."
"Untungnya aku nyaman-nyaman saja," Puspita tersenyum.
Melihat Puspita dan Robert tampaknya cukup akrab, Regulus merasakan sesuatu yang panas membakar dadanya. Rahangnya menegang, dan ekspresinya mengeras.
"Sayang?" Celeste menggenggam tangan Regulus, "Ada apa? Puspita?"
"Tak apa, Sayang, tak apa," Regulus berusaha tersenyum pada Celeste.
"Apakah kau menyimpan perasaan padanya?" Celeste bertanya dengan sungguh-sungguh.
"Tidak, Sayang, itu tidak mungkin," Regulus menyangkal.
Amurti meraih segelas vodka yang diulurkan oleh Aberforth, lantas menenggaknya sambil melihat segala penjuru rumah minum itu. Ia melihat interaksi Puspita dengan Robert, lalu Regulus dengan Celeste, dan yang lainnya. Ia menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Among the Choices
FanfictionOrang-orang bilang, hidup adalah pilihan. Tetapi, nyatanya, kita tidak bisa memilih di keluarga macam apa kita dilahirkan, atau kepada siapa kita jatuh cinta. Dan inilah dia, Regalia Andromeda Black, seorang gadis yang terlahir sebagai anak pertama...