Hadiah Valentine

85 10 205
                                    

Kecupan hangat di kening berhasil membangunkan Regalia dari tidurnya yang nyenyak. Ia bisa tidur dengan nyenyak karena janinnya belum terbentuk dengan sempurna untuk bisa menendang dinding rahimnya. Suaminya menyambut dengan senyuman tersungging manis di depan matanya.

"Selamat pagi, Sayang," ucap Severus, "waktunya untuk bangun dan bersiap untuk berangkat kerja. Kau dapat sif pagi, 'kan? Bekerjalah dengan baik, seperti biasanya."

"Terima kasih," Regalia membalas senyuman suaminya.

"Ayo, kuantarkan kau ke kamar mandi," ucap Severus sambil bangkit dari ranjangnya dan menuntun Regalia ke kamar mandi. "Hati-hati, jangan sampai terpeleset."

"Sayang, kau manis sekali," Regalia menghadiahkan sebuah kecupan di bibir sebelum memasuki kamar mandi.

***

Daphne bisa merasakan tangan Fred melingkari pinggangnya. Di balik selimut yang sama, kulit mereka menempel satu sama lain, tanpa dihalangi oleh sehelai benang pun.

Fred menenggelamkan hidungnya pada rambut pirang Daphne, menghirup aroma mewah safron dari parfum wanita itu. Setiap kali menghirup aroma sang istri, Fred selalu merasa rendah diri, karena istrinya berasal dari sebuah keluarga dengan status sosial yang jelas berada di atas status sosial keluarganya. Aroma parfum Daphne selalu mengingatkan Fred pada ketidakmampuannya membeli parfum semahal itu untuk sang istri. Daphne mendapatkan parfum itu dari orangtuanya.

Fred bergerak sedikit, menjulurkan kepalanya untuk melihat meja rias, dan mendapati bahwa kekhawatirannya benar adanya; parfum milik Daphne sudah hampir habis.

Fred kembali memeluk Daphne sambil berpikir keras. Jika membelikan parfum saja ia tidak sanggup, bagaimana bisa ia memberikan kebahagiakan yang lebih besar pada Daphne?

Bukannya membahagiakan Daphne, ia malah merasa jika ia terlalu sering membebani istrinya itu. Belum lagi tingkahnya yang masih menunjukkan gerak-gerik ingin memiliki anak, membuat Fred semakin merasa bersalah ketika menyadarinya. Daphne pasti lelah mengurus para pasien di rumah sakit, mengejar cita-citanya menjadi Mediwitch, dan memanjakan Fred setiap waktu, terutama di atas ranjang. Daphne pasti lelah, dan Fred merasa dirinya sama sekali tidak pengertian selama ini. Ia merasa seharusnya ia lebih memperhatikan Daphne dan benar-benar menerima segala keputusan Daphne. Daphne telah bersedia meninggalkan kehidupan mewahnya sebagai putri keluarga Greengrass demi menempuh hidup baru bersama Fred, dan Fred harus bisa membahagiakannya. Jika tidak bisa memberikan kehidupan mewah, setidaknya ia harus menjadikan hal-hal kecil terasa spesial. Fred terus memikirkan ini dan merasa dirinya benar-benar tidak layak untuk mendampingi Daphne. Maka, ia pun bertekad, jika ia tidak bisa membahagiakan istrinya dengan harta, maka ia harus bisa membahagiakan istrinya dengan cara lain.

Ada sebuah fakta yang benar-benar lucu bagi Fred. Ia tidak mampu membeli parfum safron, tetapi ia mampu membiayai sebuah liburan ke Prancis atau Skandinavia, kalau Daphne menginginkannya. Tentu saja, mereka bisa pergi ke Prancis menggunakan portkey, lalu menikmati beberapa malam di sana sebelum kembali lagi ke Inggris. Biaya untuk liburan semacam itu masih jauh lebih murah daripada bunga termahal di dunia yang diekstrak menjadi sebotol parfum. Fred akan berpikir seribu kali sebelum memgeluarkan dua ribu galleon hanya untuk sebotol parfum. Ia bisa membuka toko cabang yang baru dengan uang sebanyak itu.

"Fred, lepaskan aku," pinta Daphne, "karena aku harus bersiap berangkat ke St. Mungo. Aku dapat sif pagi, ingat?"

***

Aroma sosis goreng memenuhi The Burrow, membuat para penghuninya semakin terburu-buru untuk bangun dan berkumpul di meja makan untuk sarapan.

Semangat pagi ketiga pria yang bekerja di Kementerian itu seketika luntur ketika Molly menyajikan roti yang bagian tengahnya sudah dilubangi dengan bentuk hati, diisi dengan telur, dan dipanggang di wajan anti lengket. Mereka berpikir jika itu kekanak-kanakan.

Choose Among the ChoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang