Setiap kali pelajaran Ramuan berlangsung, Snape melempar pandangan dingin kepada Regalia dan Celeste secara bergantian. Baik Regalia maupun Celeste, keduanya memasang tampang benci.
Di pihak Regalia, gadis berambut cokelat terang itu menyimpan rasa sakit karena merasa dibuang oleh Snape. Ia menyimpan kebencian mendalam karena pria itu bertingkah seakan-akan dialah si korban, padahal justru Regalia-lah yang merasa sakit, hancur, remuk, tak tertolong. Pria itu menuduhnya berniat macam-macam dengan lelaki lain, tetapi pria itu pulalah yang lebih cepat mendapatkan kekasih baru. Dan kekasih baru pria itu adalah sepupu Regalia sendiri.
Di pihak Celeste, gadis berambut hitam itu menyimpan dendam mendalam karena merasa telah diinjak-injak seperti sebuah keset. Harga dirinya telah dilecehkan, namun ia merasa tak berdaya. Karena, meskipun Adelina benar jika pria itu melakukan tindakan asusila pada muridnya, tapi ingatan Snape dan Celeste akan mengatakan satu kebenaran utuh, yakni Celeste yang memulai. Celeste akan tetap terseret dan bersalah.
"Profesor," Regalia mengangkat tangannya setelah menuangkan Tegukan Hidup Bagai Mati buatannya ke dalam botol, "bolehkah saya menanyakan sesuatu terkait bahan ramuan?"
"Cepat tanyakan," sahut Snape acuh tak acuh.
"Bagaimana caranya mengambil air sungai Lethe, Sir?" tanya Regalia.
Hermione langsung mengangkat wajah dari kualinya. Pertanyaan semacam itu tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali.
"Tentu saja dengan mengunjungi tempatnya, Black," jawab Snape.
"Bukankah siapa pun yang memasuki dunia bawah tidak akan diizinkan keluar?"
"Sangat sulit menjelaskannya secara singkat di sini, Black," kata Snape. "Sebaiknya kau membaca buku 'Sungai-Sungai Ajaib' oleh Helen Papadopoulos."
"Terima kasih, Profesor," Regalia mengangguk.
***
Pada akhir November, Regalia menandatangani artikel Cormac McLaggen tanpa harus membacanya kembali, kemudian menemui Adelina yang sudah mendapatkan kiriman Baneberry dari Lucius Malfoy.
"Apakah ada materi pelajaran Ramuan yang mengharuskan kalian menggunakan Baneberry?" tanya Adelina, "Sebab, Celeste tidak kebingungan mencari Baneberry, dan aku tidak yakin dia sudah punya."
"Ini untuk kepentinganku sendiri," jawab Regalia. "Jadi, berapa aku harus menggantinya?"
"Tidak perlu. Ayah bilang, anggap saja sebagai hadiah ulang tahunmu yang terlambat diberikan."
"Baiklah, terima kasih banyak."
"Di mana kau akan menghabiskan natal?" tanya Adelina.
"Aku belum memutuskan," jawab Regalia dengan jujur.
"Aku juga belum. Tapi, sepertinya aku akan ke Lestrange Manor bersama Celeste."
"Ah, pasti menyenangkan."
"Kau juga boleh iku-"
"Tidak perlu," Regalia menepuk pundak Adelina.
Regalia membawa buah berry itu ke kamarnya di asrama Gryffindor, lantas menimang-nimangnya dengan sebelah tangannya.
Udara dingin menerpa, memaksanya mengenakan sweater yang selama ini hanya teronggok sebagai barang kepunyaan tanpa digunakan. Sweater merah dengan huruf R di dada kiri yang selalu menjadi baju penghangat tubuh kesayangannya.
Ia ingat, dulu sekali, Fred, George, dan Ron mengatakan jika P di sweater Percy bukan untuk namanya, tetapi untuk 'Prefek'. Sedangkan R di sweater Regalia juga bukan untuk namanya, melainkan untuk 'Really loved by Percy'. Tentu saja, itu hanya candaan, dan Regalia selalu tertawa kecil setiap kali mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose Among the Choices
FanfictionOrang-orang bilang, hidup adalah pilihan. Tetapi, nyatanya, kita tidak bisa memilih di keluarga macam apa kita dilahirkan, atau kepada siapa kita jatuh cinta. Dan inilah dia, Regalia Andromeda Black, seorang gadis yang terlahir sebagai anak pertama...