Dhea baru saja tiba di parkiran fakultasnya yang masih cukup sepi.
"Nggak ada yang berubah," gumam Dhea setelah melepaskan helm dan melihat sekelilingnya.
"Lo mau ngarepin perubahan apa selama sebulan lo tinggal?" tanya seseorang membuat Dhea terlonjak kaget. Iapun refleks menoleh ke belakang dan mendapati bahwa yang berbicara barusan adalah kakak komdis (komisi disiplin) alias Alfin.
"Eh, Kak Alfin. Selamat pagi."
"Pagi, Dhe. Baru nyampe?"
"Iya, Kak. Kak Alfin kok tiba-tiba ada di sini?"
"Tadi pas gue markirin motor, gue ngeliat lo di sini. Yaudah gue samperin. Btw, pertanyaan gue belum lo jawab lho."
"Pertanyaan yang mana, Kak?"
"Lo mau ngarepin perubahan apa selama sebulan lo tinggal?"
"Oh. Nggak ngarepin perubahan apa-apa sih. Tapi ya siapa tau tiba-tiba FEB yang tadinya 6 lantai bisa berubah jadi 10 lantai gitu hehe."
Alfin terkekeh. "Ada-ada aja lo. Yaudah, gue pergi dulu ya, Dhe."
"Mau ke mana, Kak?"
"Nemuin dosen pembimbing buat bahas skripsi."
"Oh iya, Kak Alfin udah semester 8 ya?"
"Iya. Do'ain biar skripsi gue cepet kelar, gue bisa sidang, terus bisa lulus deh."
"Aamiin. Semangat ya, Kak."
"Iya, makasih. Ntar kalau gue wisuda, lo harus dateng ya."
"Siap, Kak. Ntar gue bawain buket sekalian kalau mau."
"Mau-mau, tapi buket uang seratus ribuan yang banyak ya."
"Ya jangan dong! Gue dapet uangnya dari mana coba."
"Hehe canda. Terserah lo mau bawain buket atau nggak. Yang terpenting pas gue wisuda, gue mau ada lo di sana."
"Oke, Kak."
"Gue duluan ya."
Setelah Alfin pergi, Dhea melangkahkan kakinya menuju kantin.
\\\ ///
Sesampainya di kantin, Dhea menuju ke lemari pendingin lalu mengambil sebuah susu kotak rasa cokelat favoritnya.
Setelah membayar, Dhea memilih duduk di salah satu bangku kantin untuk meminum susunya itu. Sambil meminum, ia membalas pesan dari teman-temannya.
Setelah susu habis, barulah Dhea pergi meninggalkan kantin dan masuk ke gedung fakultasnya.
Saat Dhea akan memencet tombol agar pintu lift terbuka, ternyata ada tangan lain yang berniat melakukan hal serupa.
Dhea dan orang tersebut refleks saling menoleh."Kak Darka!"
"Dhea!"
Pekik keduanya bersamaan.
Dhea segera menjauhkan tangannya dari tangan Darka.
Tiba-tiba suasana menjadi hening dan canggung.
Saat Darka terlihat akan berbicara, ada suara lain yang mengurungkan niatnya tersebut.
"Dhea!"
Suara Lifia memanggil membuat Dhea langsung menoleh.
"Hai, Fi," sapa Dhea tersenyum manis membuat Darka tertegun seketika.
Udah lama gue nggak liat senyuman Dhea. Batin Darka.
"Hai. Kita langsung ke kelas yuk, Dhe!" ajak Lifia.
KAMU SEDANG MEMBACA
2D : Dhea & Darka || END
Teen FictionKini Dheana memasuki perkuliahan semester 2. Lagi-lagi ia dihadapkan pada masalah percintaan yang cukup rumit. Di saat Dheana sudah tidak menyukai Darka, tiba-tiba si kating tersebut malah mendekati dirinya. Jika di semester 1 sikap Darka cenderung...