20. Lo cemburu kan?

427 47 0
                                    

"Kak Darka!" pekik Dhea.

"Ngapain di sini?" tanya Darka.

"Nonton pertandingan," jawab Dhea seadanya.

"Iya, tau. Maksud gue, ngapain duduk sebelahan sama dia?" ralat Darka sambil melirik Fian.

"Emang kenapa? Salah kalau gue duduk sebelah Fian?" tanya Dhea balik.

Darka berdecak lalu menarik tangan Dhea. "Ayo pindah!" ajaknya.

"Ke mana? Tribun lain udah full, Kak. Cuma di sini yang masih kosong."

Darka mengedarkan pandangannya. Benar saja, semua tribun sudah terisi penuh kecuali tribun yang Dhea tempati.

"Lo geser!" perintah Darka pada Fian.

"Geser maksudnya?" tanya Fian tidak mengerti.

"Gue mau duduk di sebelah Dhea," perjelas Darka.

"Oh."

Tanpa bertanya lagi, Fian langsung menggeser tubuhnya dan membiarkan Darka menempati posisinya.

"Lain kali jangan duduk di sebelah cowok lain," bisik Darka di telinga Dhea.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan!"

"Lo cemburu?"

Darka terkejut. "H-hah? Ce-cemburu?"

"Iya. Lo cemburu kan?"

Darka tidak menjawab. Ia malah terdiam. Ia tidak tahu apakah sedang cemburu atau tidak, tapi yang jelas, ketika tadi ia melihat Dhea dan Fian duduk bersebelahan lalu mereka mengobrol berdua rasanya ada yang bergemuruh di dada Darka. Maka dari itu, ia ingin mengajak Dhea pindah ke tribun lain saja agar Dhea tidak berdekatan lagi dengan Fian.

Apa gue cemburu? Tanya Darka dalam hatinya.

\\\ ///

Pertandingan basketpun dimulai.

"Itu siapa Dhe namanya?" tanya Syila menunjuk salah satu pemain basket.

"Yang mana, La?" tanya Dhea karena tidak jelas yang mana yang ditunjuk oleh Syila.

"Itu lho, temen lo yang tadi nyamperin ke sini, yang waktu itu ketemu di kafe, siapa namanya?"

"Oh, Reyvan?"

"Ah iya, Reyvan. Permainan basketnya bagus ya. Keliatannya dia jago banget."

"Heem. Reyvan keren banget, La."

Lagi-lagi dada Darka bergemuruh akibat mendengar pujian yang Dhea lontarkan untuk Reyvan.

"Kerenan gue kali," celetuk Darka.

"Emang lo bisa main basket?" tanya Dhea.

"Sebenernya bisa," jawab Darka.

"Tapi?"

"Nggak jago-jago amat."

Seketika Dhea terkekeh.

"Tapi tetep aja kerenan gue daripada mantan komting lo itu," ketus Darka.

"Iya deh kerenan lo ... Kating," ucap Dhea memilih mengiyakan saja agar tidak panjang urusannya.

Setelah itu, Dhea kembali fokus ke pertandingan.

"Lo nggak bosen apa?" tanya Darka dengan setengah berbisik.

"Enggak. Kenapa?" tanya Dhea balik.

"Gue bosen. Kita keluar aja yuk!" ajak Darka.

"Nggak mau. Pertandingannya baru aja dimulai, masa iya udah mau cabut sih," tolak Dhea.

"Besok kan masih bisa nonton lagi," ucap Darka.

"Tapi gue maunya nonton sekarang, nggak mau nunggu besok," balas Dhea.

"Karena ada Reyvan?" tebak Darka.

"Ih, bukan! Emang gue lagi pengen nonton aja. Kalau lo mau keluar, ya silakan! Gue nggak akan nyegah."

"Yaudah, setengah jam lagi kita keluar."

"Lah kok-"

"Gue nggak terima penolakan!"

"Tapi-"

"Kalau lo nolak, detik ini juga gue bawa lo keluar dari sini."

"Yaudah iya, serah lo," pasrah Dhea. Ia sedang malas berdebat dengan katingnya itu.

\\\ ///

Setengah jam kemudian.

"Ayo!" ucap Darka.

"Ayo ke mana?" tanya Dhea.

"Keluar lah," jawab Darka.

"Yah, Kak. Pertandingannya kan belum selesai," ucap Dhea.

"Biarin aja. Udah, ayo!" Darka berdiri lalu menarik tangan Dhea.

"La, keluar yuk!" ajak Dhea sambil melirik Darka seolah memberikan kode pada Syila kalau Darkalah yang mengajak keluar.

"Ayo, Dhe!" setuju Syila.

"Guys, gue duluan ya," pamit Dhea pada Fian, Riza, dan Vadli.

"Iya, Dhe," balas Riza dan Vadli.

\\\ ///

Darka terus menarik tangan Dhea sampai mereka berada di depan gedung serba guna.

"Kita beli jajan dulu yuk!" ajak Darka.

Memang, saat Yuvii's Cup diadakan, di depan gedung serba guna sudah ada banyak stan-stan yang berisikan aneka makanan dan minuman.

"Syila gimana? Mau nggak kalau kita jajan dulu?" tanya Dhea.

"Eee ... kayaknya gue mau balik ke fakultas aja deh, Dhe. Soalnya gue udah ada janji sama temen-temen gue. Nggak papa kan kalau lo berdua aja sama kak Darka?" Syila merasa tidak enak pada Darka kalau ia terus ikut nanti ia malah menjadi obat nyamuk dan membuat Darka tidak bisa bebas melakukan pdkt.

"Oh iya nggak papa. Mau gue anterin balik ke fakultas?" tawar Dhea.

"Nggak usah. Gue balik sendiri aja. Duluan ya. Bye!" ucap Syila lalu pergi.

"Ayo!" Darka kembali menarik tangan Dhea.

"Bisa nggak kalau nggak usah pegang-pegang tangan gue? Risih tau diliatin banyak orang."

"Nggak bisa. Udah, biarin aja orang lain mau nilai gimana. Yang tau tentang kita kan kita sendiri."

"Hm, okelah."

\\\ ///

Setelah 15 menit lamanya berkeliling, kini di tangan Dhea dan Darka sudah penuh aneka makanan dan minuman.

"Kita cari tempat duduk yuk, Kak!" ajak Dhea.

"Ayo kita ke gazebo sana!" ajak Darka melirik gedung Fakultas Arsitektur dan Desain yang ada di sebelah gedung serba guna.

"Nggak papa kita ke gazebonya anak FAD?"

"Nggak ada yang ngelarang. Udah, ayo!"

2D : Dhea & Darka || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang