12. Karena gue mau

490 52 2
                                    

Hari Kamis sore ini, Dhea terpaksa mengundur kepulangannya dikarenakan lagi-lagi ia ada rapat terkait acara baksos.

Ya, karena jangka waktu yang dimiliki untuk mempersiapkan acara tidaklah banyak, jadi setiap harinya saat hari perkuliahan aktif (Senin-Kamis) semua panitia dan pengurus akan berkumpul untuk rapat.

Dhea menuju ke ruang IV/7 yang berada di lantai 4 dengan seorang diri. Tapi saat baru keluar dari lift, Dhea bertemu dengan Rani yang keluar dari toilet.

"Yang lain udah pada ngumpul, Ran?" tanya Dhea setelah menyapa Rani.

"Belum, Dhe. Rapatnya diundur setengah jam lagi," jawab Rani.

"Kenapa diundur?"

"Soalnya masih banyak yang kelas."

"Oalah. Terus sekarang kita ke mana nih? Ruangan IV/7 udah dibuka belum?"

"Lo belum buka grup ya?"

"Grup apa?"

"Grup khusus sie acara, Dhe."

"Belum. Emang ada apa?"

"Jadi, sambil nunggu rapat dimulai, kita kumpul dulu di BC buat koordinasi sama kak Darka."

"Kok kak Darka?"

"Karena pengurus yang ngehandle sie acara itu kak Darka."

"Oalah."

"Yaudah yuk kita ke BC yang lain udah pada nungguin!"

\\\ ///

Dhea dan Rani masuk ke dalam BC. Mereka duduk melingkar bersama Darka dan sie acara lainnya. Posisinya Dhea dan Darka berhadapan.

Setelah setengah jam lamanya mereka melakukan koordinasi terkait gambaran acara baksos yang nanti akan dilaksanakan, akhirnya rapat dimulai. Itu berarti mereka harus mengakhiri sesi koordinasi dan segera masuk ke ruang IV/7.

\\\ ///

Rapat baksos selesai tepat pukul 8 malam. Setelah ketupel (ketua pelaksana) menutup dengan mengucapkan salam, barulah semua panitia dan pengurus keluar dari ruangan.

Karena hari yang sudah malam, jadi lift tidak bisa lagi digunakan. Hal itu membuat Dhea dan yang lainnya terpaksa lewat tangga saja.

Dhea menuruni tangga dengan langkah santai. Tiba-tiba ada yang mensejajarkan langkahnya dengan Dhea.

Dheapun menoleh dan agak terkejut mendapati sosok Darka di sampingnya.

"Ngapain?" tanya Dhea

"Jalan," jawab Darka.

"Maksudnya, ngapain jalan di samping gue?" tanya Dhea lagi dengan memperjelas kata-katanya.

"Karena gue mau," singkat Darka.

"Mau?"

"Iya. Kenapa? Nggak boleh?"

"Kalau gue bilang nggak boleh, apa lo akan pergi?"

"Enggak."

"Kenapa?"

"Karena gue nggak mau pergi."

"Kenapa nggak mau pergi?"

"Kok lo jadi banyak nanya sih?"

"Nanya doang masa nggak boleh sih?"

"Bukannya nggak boleh, tapi lebih baik lo diem aja sambil nikmatin lo sama gue lagi berjalan beriringan."

"Hah?"

"Diem, Dhe!"

"Dasar nggak jelas," dumel Dhea dengan lirih tanpa didengar oleh Darka.

\\\ ///

Dhea langsung menuju ke motornya yang ada di parkiran. Tanpa diduga, Darka mengikuti Dhea.

Dhea berhenti tepat di samping motornya.

"Ngapain sih lo ngikutin gue?" tanya Dhea merasa risih.

"Cuma mau mastiin lo sampe ke parkiran dengan selamat," jawab Darka.

"Ya elah, Kak. Gue cuma ke parkiran kali bukan mau ke tempat yang jauh. Jadi nggak usah berlebihan gitu lah," ketus Dhea.

"Niat gue baik, Dhe. Lo nggak bisa sedikit aja ngehargai itu?" tanya Darka dengan raut wajah yang berubah sedih.

Dhea merasa tidak enak. "Sorry Kak, bukannya gue nggak ngehargai lo, tapi jujur aja gue risih lo ikutin kayak gini."

"Tadinya gue pikir lo bakal seneng karena gue ikutin, ternyata enggak ya? Sorry ya."

"Iya, nggak papa. Kalau gitu gue pulang ya, Kak."

"Mau gue anterin?"

"Nggak usah. Thanks."

Dhea naik ke atas motor lalu memakai helm. "Duluan, Kak," pamitnya.

"Hati-hati!"

2D : Dhea & Darka || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang