46. Pendapat Darka

349 49 0
                                    

Malam harinya, Darka mengajak Dhea ke kafe untuk makan malam berdua.

"Kenapa sih Kak lo suka banget ngajakin gue dinner kayak gini?" tanya Dhea.

"Karena gue mau ketemu dan deket terus sama lo," jawab Darka.

"Tapi nggak harus dengan dinner terus kan? Gue nggak enak tau sama Syila. Gara-gara dinner sama lo, gue jadi ninggalin dia di kos sendirian."

"Tapi kan tiap habis dinner lo selalu ngebawain Syila makanan. Jadi harusnya fine-fine aja dong."

"Kalau sekali dua kali ya emang fine-fine aja. Tapi kalau berkali-kali ya nggak enak lah, Kak."

"Terus sekarang lo maunya gimana? Kita nggak jadi dinner? Tapi kan baru aja nyampe di kafe."

"Yaudah sekarang kita tetep dinner. Tapi next time jangan ngajak dinner terlalu sering!"

"Oke. Tapi kalau yang sering itu lunch nggak papa kan? Soalnya kalau lunch kita di kantin kampus, jadi temen lo itu nggak akan kenapa-napa."

"Ya jangan juga dong, Kak! Kalau di kampus kan ada Lifia. Lo kan nggak mau kalau dia ikut kita lunch. Jadi ya gue nggak enak kalau ninggalin dia terus."

"Hhhh. Lo banyak nggak enaknya ya."

"Emangnya lo nggak bosen Kak kalau makan sama gue terus?"

"Nggak ada kata bosen kalau itu berhubungan sama lo."

"Masa?"

"Iya."

"Oh. Yaudah kita pesen makan yuk!"

"Udah laper ya?"

"Lumayan."

"Oke. Gue panggilin pelayannya bentar."

Pesen. Datang. Makan. Selesai.

"Tadi lo ke mana?" tanya Darka kembali memulai pembicaraan.

"Kapan?" tanya Dhea.

"Tadi pas habis kelas," jawab Darka.

"Kan udah gue bilang kalau gue mau ketemu sama temen di kampusnya. Eh, sebenernya bukan kampusnya sih, tapi kampus doinya."

"Ngapain lo ke kampus doi temen lo?"

"Jadi, doi temen gue tuh nggak ada kabar. Nah, temen gue khawatir plus curiga dong. Makanya tadi gue sama temen-temen datengin kampusnya buat cari tau."

"Terus gimana? Ketemu nggak sama doi temen lo itu?"

"Ketemu ... ternyata dia selingkuh."

"Maksudnya dia selingkuh dari temen lo gitu?"

"Iya. Dia selingkuh sama temen kampusnya."

Tiba-tiba Darka terlihat gelisah.

"Lo kenapa, Kak?" tanya Dhea yang menyadari perubahan sikap Darka.

"H-hah? Nggak. Nggak papa kok. Berarti temen lo sama doinya udah putus atau masih tetep pacaran?" tanya Darka.

"Ya udah putus lah. Mana mau temen gue ngejalin hubungan kalau habis diselingkuin," jawab Dhea.

"Terus doi temen lo tetep jadian sama cewek di kampusnya itu?"

"Soal itu gue nggak tau. Tapi kayaknya sih tuh cewek juga mutusin si cowok tukang selingkuh."

"Oh."

"Menurut lo gimana, Kak?"

"Gimana apanya?"

"Cowok yang selingkuh."

Darka membelalakkan matanya. "Ma-maksud lo?"

"Lo kan cowok nih, nah menurut pandangan lo gimana kalau ada cowok yang udah punya pacar, tapi malah selingkuh sama cewek lain?"

"Eeeee ... gue ... gue nggak tau."

"Kok nggak tau?"

"Gue nggak berhak ngejudge orang lain."

"Gue nggak nyuruh lo buat ngejudge. Gue kan cuma nanya pandangan lo tuh gimana."

"Hhmm ... menurut gue, cowok yang selingkuh nggak sepenuhnya salah."

"Kenapa gitu?"

"Hhmm ... karena bisa jadi ada hal yang nyebabin dia selingkuh dari pacarnya."

"Contoh halnya tuh apa, Kak?"

"Apa ya? Hm, mungkin pacarnya udah nggak perhatian lagi atau pacarnya yang selingkuh duluan dari si cowok."

"Kalau tantangan itu termasuk nggak, Kak?"

Pertanyaan Dhea membuat jantung Darka berpacu lebih cepat. "T-tantangan?" beo Darka.

"Heem. Ya, misalnya ada cowok nih ditantang sama temen-temennya buat selingkuh sama cewek lain. Nah, menurut lo tuh cowok salah atau enggak?" tanya Dhea memperjelas.

"Enggak," jawab Darka dengan cepat.

"Alesannya?"

"Karena kan dia ditantang, jadi bukan inisiatifnya sendiri buat selingkuh."

"Oh, gitu ya?"

"Iya."

"Kalau menurut gue sih dia tetep salah."

"Kenapa?"

"Karena dia bego. Kenapa mau-mau aja pas ditantang disuruh selingkuh?"

"Kalau dia nggak punya pilihan lain selain ngejalanin tantangannya gimana? Apa lo akan tetep nyalahin dia?"

"Maybe."

"Lo nggak suka ya sama cowok yang selingkuh?"

Dhea tertawa hambar. "Nggak ada cewek yang suka sama cowok tukang selingkuh, Kak."

"Termasuk lo?"

"Iya lah."

"Meskipun cowoknya ganteng banget lo akan tetep nggak suka?"

"Mau dia ganteng banget, keren banget, pinter banget, kaya banget, atau apapun itu kalau dia selingkuh ya gue nggak bakalan suka. Gue auto ilfeel sama dia."

"Apa lo bisa maafin cowok yang selingkuh?"

"Kalau cuma maafin mah gue bisa, Kak. Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Tapi kalau buat ngasih kesempatan kedua, mohon maaf, gue nggak bisa."

Darka menghela napas dalam-dalam.

"Kenapa lo nanyanya gitu sih, Kak? Jangan bilang kalau lo lagi selingkuh?" tanya Dhea memicingkan matanya.

"E-enggak. Gue nggak selingkuh kok. Tadi gue cuma iseng nanya aja, nggak ada maksud apa-apa," jawab Darka.

"Biasa aja kali Kak mukanya nggak usah tegang gitu," canda Dhea.

"Hehehe, refleks."

"Eh, udah malem, Kak. Pulang yuk!"

"Belum jam 9, Dhe."

"Kasian Syila di kos sendirian. Gue juga nggak enak sama eyang karena sering pulang malem."

"Yaudah kita pulang sekarang."

2D : Dhea & Darka || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang