05 [Natthy Controller 2]

3.5K 464 6
                                    

'Jangan berteriak!'

Hera berjengkit kaget, ia menoleh ke kiri dn ke kanan. "S-siapa?" tanyanya ketakutan pasalnya tidak ada orang di sin. "Tunjukkan wujudmu! Atau aku akan teriak sekarang juga!" katanya. Hera menebak-nebak suara makhluk apa itu, atau jangan-jangan makhluk itu adalah salah satu penunggu ruangan rahasia yang mengikuti dirinya. Seketika tubuh Hera jadi merinding, jika itu benar maka ia akan banyak berdoa agar setan itu bis pergi.

'Jangan berfikiran macam-macam,' kata suara itu, 'aku adalah kau.' Lanjutnya.

Lagi-lagi Hera terkejut. "Mm-maksudmu?" tanya Hera lagi, bukankah kalau hantu biasanya akan berbicara ngaur? Ya, pasti makhluk itu adalah hantu.

'Ck! Sudah kubilang, jangan berfikiran macam-macam tentangku, diam saja! Pejamkan matamu dan biarkan tanaman herbal itu mengobati kepalamu!'

Hera yang sedang ketakutan pun mengikuti saja apa kata suara itu. Dia memejamkan matanya ketika sulur-sulur itu mulai menyentuh luka di kepalanya. Beberapa detik kemudian Hera membuka mata lagi ketika merasakan tanaman itu sudah menjauh, ia langsung memegang kepala bagian belakangnya.

Hera terperangah, luka itu menghilang, dan rasanya sakitnya pun menghilang.  Karena masih tidak percaya dia membalikkan tubuhnya untuk bercermin, ia menyibakkan rambutnya dan benar luka itu hilang tidak bersisa. "Ti-tidak mungkin ... bagaimana bisa?" katanya, dia syok tentu saja.

Hera menyingkap bajunya untuk melihat memar di daerah dada. "Ini ... kenapa masih ada?" katanya lagi.

'Tentu saja, tumbuhan itu hanya bisa menyembuhkan luka luar. Sedangkan luka dalam kau sendiri yang akan mengobatinya,' ucap suara itu lagi.

"Tunggu dulu, siapa kau? Kumohon keluarlah. Jangan membuatku takut,"

'Sudah ku bilang, aku adalah kau, aku belum bisa keluar.'

"Aku ... aku sunguh tidak mengerti maksudmu-"

'Ck! Lupakan saja, cepat sembuhkan lukamu! Aku juga merasakannya sakitnya.'

"Baiklah aku akan pergi ke dokter," ucap Hera menurut pada suara itu. Ia tidak tau kenapa ia bisa menurut pada suara makhluk tak kasat mata itu, entahlah rasanya makhluk itu tidak akan melukainya.

'Oh Moon Goddes! Maafkanlah aku yang emosian ini, bagaimana aku bisa melukai diriku sendiri?! Dan kau tidak perlu dokter atau apalah sejenisnya, kau yang menyembuhkan dirimu sendiri.'

"Apa maksudmu? Aku tidak punya keahlian dalam mengobati luka, aku tidak ingin menyakiti diriku sendiri." Hera mengernyit, apa suara ini sedang membodohinya? Bagaimana caranya dia menyembuhkan luka dalam ini? Sedangkan Hera saja sama sekali tidak menguasai atau pernah belajar di bidang medis, dia saja berkuliah jurusan Arkeolog dan sejarah.

'Ikuti perintahku,' titah suara itu, Hera menurut saja. Memang pada dasarnya Hera itu orang yang penurut, makanya ia akan menurut saja.

'Pejamkan matamu, berkonsentrasilah, fokuskan fikiranmu tentang lukamu kemudian bayangkan bahwa memar di tubuhmu menghilang.' Hera menurut lagi. Dia memejamkan matanya kemudian memfokuskan fikiran pada lukanya saja lalu dia membayangkan tubuhnya mulus tanpa memar seperti sedia kala, dan seketika itu pula cahaya hijau menyelimuti tubuhnya selama beberapa detik, kemudian menghilang bersamaan dengan memar di tubuh Hera.

Hera membuka matanya, ia memandang ke cermin. Lagi-lagi Hera terperangah melihat tubuhnya yang mulus tanpa memar seperti sedia kala. Rambutnya yang pendek tak beraturan pun berubah menjadi pendek sebahu, kontras sekali dengan wajah tirus Hera. Hera menekan area dadanya, tidak ada rasa sakit disana. Hera menatap takjub tubuhnya. "Ini, luar biasa, bagaimana bisa terjadi?"

'Tentu saja karena kekuatanmu.'

"Kekuatanku? Kau bercanda? Aku hanya manusia biasa, mana mungkin memiliki kekuatan," ucap Hera tertawa sumbang, benar-benar bodoh sekali, dan Hera semakin percaya bahwa makhluk ini adalah makhluk tak kasat mata.

'Ck, sudah berapa kali kubilang? Jangan berfikiran macam-macam tentangku! Dan lagi, buktinya kau bisa menyembuhkan lukamu sendiri, hal itu tidak cukup untuk meyakinkan bahwa kau memiliki kekuatan?'

Nafas Hera tercekat, benar ... benar sekali, dia sudah menyembuhkan lukanya dalam sekali pejaman mata. Tapi ... bagimana bisa? Ataukah karena ruangan rahasia itu? Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya sangat lemah, seperti orang yang sedang sakit. Ada apa dengan tubuhnya? Bukankah sebelumnya ia sehat-sehat saja?

'Tentu saja badanmu lemah, tenagamu habis karena kau menyembuhkan lukamu. Mengeluarkan kekuatan juga butuh tenaga, makanya aku menyuruhmu untuk berkonsentrasi.' lagi-lagi suara itu menjawab.

Hera terjengkit kaget. "Bagaimana kau tau  apa yang kufikirkan? Aku tidak mengucapkannya," ucapnya. Apakah makhluk ini cenayang?

'Harus berapa kali aku menyebutkan bahwa aku adalah kau,' geram suara itu,
'tentu saja aku bisa mengetahui apa yang kau fikirkan dan juga merasakan apa yang kau rasakan,'

"A-apa aku memiliki jiwa lain? A-apa tubuhku seperti dihuni oleh dua jiwa?"

'Kurang lebih seperti itu, ah sudahlah nanti saja aku menjelaskan diriku. Lebih baik sekarang aku menjelaskan kekuatanmu,'

Hera mengangguk. "Jadi ... aku benar-benar memiliki kekuatan? Kekuatan apa itu? Apakah seperti wonder women?"

'Hah?! Oh Moon Goddes, benarkah aku memiliki human seperti mu? Baiklah, akan ku jelaskan, kau memiliki salah satu kekuatan yang bisa mengendalikan tumbuhan, kau juga dapat menyembuhkan luka dalam maupun luar. Kekuatan itu namanya Natthy Controller, persis yang disebutkan wanita semalam ... kau ingat?'

Hera mengangguk, tentu saja ia ingat wanita cantik kemarin memperkenalkan dirinya sebagai Natthy Controller. Lalu suara itu melanjutkan ucapannya lagi, ' ... Natthy Controller adalah kekuatan yang memungkinkan kau untuk menggunakan tanaman dalam serangan, dan kau juga dapat menyembuhkan luka.'

"Serangan? Apa maksudmu dengan serangan? Siapa yang akan ku serang? Clorine?"

'Ya, salah satunya si Urine itu,'

"Salah satunya?"

'Ya, sekarang kau akan memiliki banyak sekali musuh. Jadi kau harus berhati-hati dengan orang baru. Dan kau jangan mudah terpengaruh dengan kebaikan seseorang, bisa saja kebaikan adalah topeng kejahatan.'

"Tunggu dulu, mengapa aku memiliki banyak musuh? Padahal aku tidak pernah menyakiti siapapun,"

'Apakah kau pernah menyakiti Urine?' tanyanya, Hera menggeleng.

'Musuh tidak hanya berasal dari orang yang kau sakiti, tapi berasal dari makhluk serakah  yang ingin menguasai kekuatanmu. Kau memiliki kekuatan yang sangat langka sehingga membuat kau menjadi incaran.'

"Tapi aku tidak memiliki kekuatan, aku hanya gadis lemah yang tidak inginkan hadir di dunia ini." Hera menunduk lemah ketika dia ingat bahwa dia hanya sampah masyarakat saja.

Suara itu menggeram, persis seperti suara serigala. 'Ingin sekali aku memukul kepalamu itu! Sudah ku bilang kau memiliki kekuatan langka. Dan kekuatanmu masih tersegel. Baru satu segel yang terbuka, masih banyak segel lain yang harus dibuka untuk menyempurnakan kekuatanmu.'

'Lihat liontin mu itu!' Hera melihat liontinnya. Ada yang aneh, tapi apa?

'Salah satu lubang itu sudah terisi dengan kekuatanmu, jika semuanya sudah terisi maka dunia pun akan berada di genggamanmu.' Benar saja liontin Hera sudah terisi dengan satu permata hijau yang artinya masih ada enam tempat lagi yang masih tersedia.

Hera termenung, jika liontin itu menunjukkan banyak kekuatan yang ia miliki, jadi ...  "Jadi, aku memiliki tujuh kekuatan?"

'Bukan tujuh tetapi delapan,'

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang