53 [Kekalahan]

1.9K 292 0
                                    

'Pergilah ke Utara, temukan aku. Kita akan menaklukkan para penjahat di dunia ini,'

Dengan langkah cepat Hera mengikuti suara itu, kakinya melangkah ke Utara. Hera masih selalu berdoa agar Yang Maha Kuasa selalu membantunya untuk menemukan titik terang kehidupannya yang pelik ini.

Hari sudah semakin petang, langit di gunung Everest berwarna orange, cuaca yang amat langka mengingat disini bukan musim panas melainkan tempat yang diselimuti salju..

Kakinya terus melangkah, hingga sesuatu dalam perutnya terasa bergerak dan menyakitkan. "Akh," ringisnya.

Hera mengusap perutnya yang entah kapan sudah agak menonjol itu. "Sayang, bantulah ibumu, kita akan berjuang bersama," ucap Hera.

Bak sebuah mantera, rasa sakit di perut Hera kini menghilang. Ia melanjutkan lagi perjalanannya, ia harus menemukan batu semedi itu.

Sedikit lagi cahaya matahari akan tenggelam, sedangkan Hera sama sekali belum menemukan tanda-tanda batu itu berada.

Hera mulai ketakutan, jantungnya berdebar kencang, bulir-bulir keringat sudah menghiasi wajahnya, rambut pirang itu kini basah akibat air keringat itu.

"Ibu! Ku mohon bantulah aku menemukan mu!" teriak Hera, diikuti air matanya yang luruh. Tinggal sedikit lagi sebelum purnama bersinar, tapi apakah ia mampu menemukan Queen of the Earth itu?

"Arghhh!"

Hera memperhatikan keadaan sekitar, itu bukan suara Jose maupun Manuwella apalagi suara dirinya.

"Ibu?!" teriak Hera. "Apakah itu kau?!" teriaknya lagi.

Sebuah laser hijau melewati Hera. Ia langsung mencari arah laser itu.

Dan di hadapannya saat ini adalah seseorang yang duduk di atas batu. Hanya tinggal kepala saja yang belum berubah, tubuhnya sudah menjadi batu hingga lumut-lumut pun sudah menghiasinya menandakan betapa lamanya ia berada di atas batu itu.

Sinar hijau tadi ternyata berasal dari matanya, wanita bermata sama seperti Hera menatap mata Hera.

"Ibu?"

Wanita itu hanya mengedipkan matanya, tubuhnya tidak bisa bergerak lagi, suaranya sudah tidak bisa dikeluarkan, hanya kelopak mata saja yang masih bisa terbuka dan tertutup.

"Ibu!" tangis Hera pecah, orang yang selama ini ia cari sekarang sudah berada di hadapannya, tetapi wanita ini tidak utuh seperti manusia lagi melainkan sudah hampir menjadi batu dan menyatu dengan batu semedi.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku harus apa lagi ibu? Aku sudah menemukanmu, apakah kita harus menyelesaikan misi kita sekarang? Ayo ibu, berubahlah menjadi manusia," ucap Hera ditengah isakannya.

Wanita itu tidak lagi membuka matanya, perlahan batu itu menjalar ke wajahnya hingga ke ujung kepala seiring dengan terbenamnya matahari.

"Tidak, tidak," Hera menggeleng. "Tidak, Ibu-- ibu?!"

Kini wanita itu sudah seutuhnya menjadi batu, wanita itu sudah menyatu dengan batu semedi.

Saat itu juga waktu berhenti berputar, tumbuhan tiba-tiba layu, burung-burung terbang ke langit dengan seruan kesedihan, para hewan lainnya juga ikut berseru.

Tiba-tiba suara alunan lembut mengalun di telinga Hera. Saat itu juga Hera tak langsung tak sadarkan diri.

Kita sudah kalah, sayang.

∆∆∆

Peeter berdesis, ia menatap nanar orang itu. "Ares!"

"Ya Peeter, aku sudah kembali, apa kau terkejut?" tanya Ares. Sebenarnya sudah sejak lama ia pulih, tetapi Charlos tidak memberikannya untuk langsung turun ke bumi.

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang