"A—Ares.. sakit," lirih Hera lagi. Namun sama seperti tadi, Ares tak menghiraukannya.
BRAK!
Ares membanting pintu kamar dengan keras, Hera memejamkan matanya. Hera sangat takut melihat Ares yang seperti ini.
Cengkraman di pergelangan Hera semakin menguat, Hera hanya bisa menggigit bibirnya guna menahan rasa sakit itu.
"Aku tidak suka milikku disentuh laki-laki lain!" Ares mengeluarkan suara Alpha tone miliknya sehingga membuat bulu kuduk Hera meremang.
"Tapi ... tapi mereka hanya anak kecil ... " cicit Hera kembali sembari menahan air mata yang sudah membendung itu. Sungguh Hera pun tak tau kenapa ia menjadi cengeng seperti ini.
"Mereka laki-laki, dan aku tidak suka!" geramnya, Hera semakin merasakan kebas di jarinya karena tidak ada aliran darah di sana.
"Sa-sakit, hiks ... " dan tangis yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya luntur juga. Ares yang tersadar langsung melepaskan cengkramannya itu.
Dapat terlihat memar di pergelangan tangan Hera, Ares mengumpat. Sungguh, ia ingin menghukum dirinya sendiri saat ini.
"Maafkan aku sweety mate, aku tak sadar," ucapnya. Ia mengusap memar itu lalu mengecupnya.
Hera hanya terisak, tak mendapat respon Ares langsung membawa Hera ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku,"
"A-aku takut," kata Hera yang mulai sesegukan.
Ares memejamkan matanya. Ia merutuki dirinya yang bodoh ini.
"Maafkan aku, kau boleh membalasku, memukulku, atau apapun agar kau bisa memaafkan aku yang bodoh ini."
Hera menggeleng. "Aku sudah memaafkanmu," lalu ia melepaskan pelukan Ares, ia ingin mengobati memar itu. Hera mulai memejamkan matanya. Namun konsentrasinya buyar ketika seseorang mengecup pipinya nya.
Cup,
"Hanya memar, sweety mate. Tak perlu memakai kekuatanmu," Ares lalu mengambil air dingin dan sapu tangan yang entah kapan sudah ada di sana. Mengenai kekuatan yang Hera miliki, Area sudah mengetahuinya dan ia pun merasa dirinya pulih karena Hera yang tak sengaja berada di dekatnya.
Ares mulai mengompres memar itu. "Gunakan kekuatannmu jika dalam keadaan genting saja, mengerti?" Hera mengangguk.
Ares tersenyum menatap Hera, ia juga dapat melihat pipi putih Hera memerah. "Maafkan aku, sungguh aku sangat cemburu tadi. Kau sama sekali tidak memperdulikan kehadiranku di sana." Adu Ares.
"Tapi, tapi mereka hanya anak kecil,"
"Memang, tapi apakah kau pernah memanggilku 'sayang'?" tanya Ares, Hera menggeleng masih dengan pipi memerah.
"Pernah mengecup pipiku?" tanyanya lagi. Hera menggeleng lagi, ia menundukkan kepalanya malu. Kenapa Ares menanyakan ini? Itu membuatku malu, batin Hera berteriak.
Ares mengangkat dagu Hera. "Jika tidak pernah, maka lakukanlah sekarang," ucapnya.
Hera mengernyit bingung. "Apa?" tanyanya.
"Menciumku lalu memanggilku 'sayang',"
"Ares," rengek Hera, ia menutup wajahnya. Sungguh tidak bisakah Ares berhenti menggodanya?
"Aku tidak menggodamu, sweety mate. Aku ingin kau menciumku lalu memanggilku 'sayang', itu saja."
"Tapi, tapi aku ... malu," cicitnya, bahkan rona merah itu menyebar sampai ke telinganya. Ah sungguh menggemaskan sekali matenya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERA [END]
FantasyAwalnya Hera Athena Demeter hanya seorang manusia biasa yang mendapat beasiswa di Universitas Johannes Gutenberg Mainz, Jerman. Namun semua itu berubah ketika ia mendapati fakta bahwa ternyata ia merupakan manusia serigala. Objek yang selama ini ia...