15 [Ares Zeus Asklepios]

2.9K 393 5
                                    

Ares meletakkan tubuh Hera dengan hati-hati seakan-akan Hera adalah benda yang akan mudah hancur. Ia mengecup kening gadis itu, ia juga sedikit menghirup aroma mawar yang keluar dari tubuh mate nya itu.

Ia memperhatikan sekeliling kamarnya, tiada yang berubah.

Pintu kamar diketuk, munculah Luna Meghan dengan nampan berisi makanan ditangannya. Ia tersenyum, lalu meletakkan nampan berisi lauk pauk serta buah itu di atas nakas. "Dia belum bangun?" tanyanya.

Ares mengangguk, lalu ia sibuk memperhatikan matenya ini. Merasa Ares butuh waktu dengan matenya, Luna Meghan beranjak pergi. "Kau juga harus istrirahat, putraku," pesan Luna Meghan, ia mengelus puncak kepala Ares lalu beralih mencium kening Hera. "Ibu keluar, makanan itu untukmu dan juga Hera," Luna Meghan 'pun berlalu.

Sepeninggal Luna Meghan, Ares hanya memandangi wajah damai matenya sesekali ia menghirup aroma diceruk leher Hera. Rasanya ia tak akan pernah bosan menghirup aroma tubuh itu.

"Bangunlah, Sweety mate, aku ingin melihatmu," katanya ia mengecup kening Hera lagi.

Bak sebuah mantera kata-kata Ares membuat iris hijau itu perlahan terbuka.

Hera mengerjapkan matanya guna menetralkan cahaya yang masuk. Tubuhnya masih lemah untuk bergerak. Hera merasakan seseorang memandangnya intens sekarang.

"Makanlah dulu," ucap seseorang. Suara berat itu membuat bulu kuduk Hera merinding, aroma yang tadi ia cium rasanya sudah menyebar dalam ruangan ini.

Hera terkejut saat mengetahui ia berada di tempat asing, ruangan ini bercat abu-abu dengan sedikit campuran hitam dan merah yang menjadi kombinasi nya. Ruangan ini sangat besar dan nyaman, rasanya Hera ingin lebih lama di tempat ini, aroma di sini sangat menenangkan hingga membuatnya betah.

Kekehan berat seseorang terdengar. "Kau akan menjadi pemilik kamar ini juga, sweety mate," ucap Ares ia dapat mengetahui apa yang berada di dalam otak mungil mate nya ini. Ares bisa membaca fikiran semua orang.

Hera terkejut lalu sedikit menjauh. Jantungnya berdebar kencang. "Si-siapa kau?" tanyanya takut, ia rasanya pernah melihat wajah ini, tapi di mana?

"Kamu tidak merasakannya? Aku matemu, sweety mate."

Mate? Tentu saja ia tau arti kata Mate, hanya saja apakah pria ini bisa dipercaya?

'MATE! Oh Hera, betapa tampannya mate kita! Ohh aku ingin menciumnya!' raung Berry membuat Hera semakin pusing. Hera memegang kepalanya.

'Diamlah, Berry. Kita tidak tau bahwa pria ini menipu kita, jangan terpancing dengan wajahnya!' kesal Hera.

"Kau kenapa, sweety mate?" Tanya Ares khawatir.

Hera menggeleng, namun tangannya masih memegang kepalanya itu.

"Makanlah, sweety mate. Aku akan menyuapimu." Ares menyodorkan sendok yang sudah berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya.

Lagi-lagi Hera menggeleng. Sejujurnya ia masih takut dengan orang di sampingnya ini.

Ares menggeram, matanya menatap tajam manik mata Hera. "Makanlah, sweety mate. Jangan sampai aku berbuat kasar padamu," ucap Ares datar. Ia tak suka mate takut padanya!

Hera meneguk kasar ludahnya. Keringat dingin sudah membanjiri keningnya. Ia sangat takut pada orang yang mengaku matenya ini, sungguh! Ia takut orang ini akan mencelakainya.

Merasa Hera takut padanya, Ares merubah raut wajahnya menjadi lebih santai. "Jangan takut padaku, sweety mate. Aku adalah mate mu, dan aku takkan pernah mencelakai belahan jiwaku sendiri."

"Be-benarkah?" Tanya Hera tak percaya. Ia masih tak percaya bahwa makhluk tampan di depannya ini adalah pasangannya.

'Astaga! Apa kau tidak merasakannya, bodoh?! Dia mate kita! Jangan di ragukan lagi!' cerca Berry yang sudah kesal pada humannya ini.

Cup,

Satu kecupan mendarat di sudut bibir Hera. Ia terkejut lalu memandang pelaku penciumannya ini. Ares tersenyum. "Kau harus percaya padaku, karna aku takkan pernah membohongi mu," ucapnya. "Makanlah, sweety mate. Aku memaksa,"

Dengan terpaksa Hera menerima suapan itu.

Ahh enak sekali, pikir Hera.

"Makanlah jika enak, sweety mate. Aku tidak ingin mate ku kurus seperti ini,"

Hera mendelik, ia memang kurus tapi tolonglah tidak bisakah pria yang katanya mate nya ini diam saja? Sungguh Hera sangat jengkel bila ada yang menghina tubuhnya ini. Tidak taukah pria di depannya ini jika berbicara dengan wanita jangan sesekali membicarakan tubuhnya.

"Tapi aku akan tetap mencintaimu kalaupun kamu hanya tulang dan kulit saja," lanjutnya.

Pipi Hera bersemu, Berry bersorak kegirangan. Hera rasanya ingin tenggelam dalam bantal saja untuk menutupi pipinya yang memerah.

Ares terkekeh lalu mengecup pipi Hera yang memerah lucu itu.

Cup,

"Aku sangat suka pipi memerahmu ini," ucapnya.

Lagi-lagi pipi Hera memerah, ia dapat memastikan bahwa rona merah itu sudah menyebar ke telinganya.

'Ah lucu sekali, mate kita sangat polos, Ares,' ucap Blacky serigala Ares. Tumben sekali serigala itu mau berbicara, biasanya Blacky hanya berbicara saat keadaan genting saja.

"Lihatlah rona itu sampai ke telingamu, sweety mate," ucap Ares tertawa.

Hera mencebikkan bibirnya lucu. "Jangan tertawa!" ketus Hera menutup wajahnya.

"Baiklah, sweety mate. Aku tak akan tertawa lagi,"

Hera mendongak. "Janji?"

"Janji,"

Hera tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit.

"Aku ingin makan lagi," katanya malu-malu.

"Ah mate ku kelaparan rupanya," kekeh Ares. Rasanya ia bahagia sekali, seumur hidupnya baru ini ia merasakan hidup yang sesungguhnya. Ahh ini pasti karena sweety mate nya ini. "Makanlah yang banyak,"

"Kau juga harus makan," kata Hera.

"Ya, tapi aku tidak makan ini,"

Kening Hera berkerut. "Memangnya makan apa?"

Ares tersenyum jahil. "Memakanmu,"

Mata Hera sontak membulat. "A-apa?"

Lagi-lagi Ares tertawa. "Aku hanya bercanda, sweety mate."

Hera mencebik, lalu ia teringat akan sesuatu. "Bo-bolehkah aku mengetahui nama mu?" tanya Hera pelan.

"Ares, Ares Zeus Asklepios. Mate dari Hera Athena Demeter," ucapnya.

Mata Hera membulat lucu. "Ba-bagaima kau tau namaku? Padahal Aku tidak memberi tahumu," tanya Hera heran. Jangankan nama lengkap, nama panggilan saja ia tidak memberitahunya.

Ares terkekeh. "Aku mengetahui segala tentangmu, sweety mate."

"Ares Zeus Asklepios," gumam Hera.

Hera membulatkan matanya ketika menyadari akan suatu hal. "Hormat saya, Alpha Ares." Hera memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan membungkuk hormat.

Ares menghela nafasnya. "Jangan seperti ini, sweety mate. Kau adalah mateku, tidak usah bertingkah seperti bawahanku," kata Ares. Ia mendudukan kembali Hera yang berdiri tadi.

"Ta-tapi, kau adalah Alpha--"

"Ya, dan kau sebentar lagi akan menjadi Luna ku."

ΔΔΔ

"Yang Mulia, Alpha Ares—"

"Ya, aku sudah tau."

"Kami hanya tinggal menunggu perintahmu bergerak saja, Yang Mulia,"

"Biarkan saja Alpha itu menikmati masa-masa indah bersama matenya, sebelum aku mengambil kebahagian itu, Ha ha ha!!"

Tawa menggelegar itu membuat siapapun yang mendengarnya bergidik ngeri. Termasuk para hewan 'pun merasakan bagaimana ngerinya tawa itu.

Seperti ia mengambil kebahagiaanku!!

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang