25 [Serangan kecil]

2.4K 334 0
                                    

"Tunggulah sayang, kau akan ku jemput sebentar lagi."

∆∆∆

"Masih sakit?" Hera menggeleng mendengar pertanyaan orang disampingnya ini. Sebenarnya masih sakit hanya saja ia malu untuk berbicara jujur pasal nya sekarang hari sudah mendekati sore mustahil rasa sakit itu masih ada.

"Jangan malu, aku matemu, sweety mate."

Ares menghela nafas pelan. "Maafkan aku karena terlalu kasar,"

Hera meringis kala membayangkan kejadian tadi malam, bukan Ares yang kasar tetapi dirinya yang terlalu agresif hingga membuat luka-luka kecil di tubuh Ares.

Kenapa aku seperti jalang, rutuk Hera dalam hati.

"Aku suka mateku yang liar, sweety mate," bisik Ares dengan nada sensual.

Tiba-tiba wajah Hera terasa panas. "Ares, diamlah!" katanya, ia merutuki dirinya lagi karena lupa bahwa Ares bisa membaca fikirannya. 

"Hahahahaha, kau sangat lucu sweety mate, aku jadi ingin memakanmu lagi--"

"Ares," peringat Hera, namun Ares masih saja tertawa. Tawa Ares membuat Hera terpana, entah kapan terakhir kali ia melihat seseorang begitu tampan saat tertawa.

"Kau sangat tampan," celetuk tanpa sadar. Ares terdiam lalu tersenyum manis pada Hera.

"Apakah kadar ketampananku semakin bertambah?" tanyanya, ia masih mempertahankan senyum mematikan miliknya.

Sialan! Kenapa Ares begitu tampan!

"Biasa saja," kata Hera berbohong.

Ares mencebik pura-pura kesal. "Kalau begini," Ares memasang puppy eyes nya seperti seorang anak yang mengharapkan permen dari ibunya.

Tawa Hera seketika pecah, bayangkan saja orang yang biasa memiliki wajah dingin dan sangar menjelma menjadi anak kecil pasti rasanya sangat ... aneh.

"Hahaha, ya ampun kenapa wajahmu seperti itu," katanya dengan tertawa.

Hera mencubit geram kedua pipi Ares. "Kau sangat lucu, hahaha." Perut Hera rasanya keram karena kebanyakan tertawa.

Ares tersenyum melihat tawa lepas matenya. Ia sebisa mungkin akan menjaga tawa itu tetap terpatri di wajah matenya meskipun ia harus bertingkah konyol.

"Aku mencintai mu, sweety mate."

Hera terdiam, otaknya blank mendengar ucapan cinta dari Ares. Entahlah ia belum tau apakah ia mencintai Ares atau tidak, ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Ares,"

"Aku tidak berharap kau membalas perasaanku sekarang, yang terpenting aku sangat dan sangat mencintaimu, sweety mate." Ares membawa tubuh Hera ke pelukannya. Dengan senang hati Hera masuk ke dalam pelukan terhangat yang belum pernah ia dapatkan itu.

"Ares, bolehkah aku bertemu dengan Blacky?" tanya Hera. Ia ingin melihat Blacky, biar bagaimanapun Blacky juga matenya.

Ares memejamkan matanya sebentar untuk berbicara dengan Blacky, kemudian ia mengangguk. "Jangan takut dengan perubahanku, sweety mate." Hera mengangguk.

Ares lalu berjalan menjauhi Hera. "Kau mau kemana?" tanya Hera.

"Aku butuh ruangan untuk berganti shift,."

Perlahan Hera mendengar suara retakan tulang, tubuh Ares yang awalnya mulus kini ditumbuhi bulu lebat berwarna hitam. Pakaian yang ia pakai tadi sudah tidak bersisa.

Krak

Dan sekarang di depannya ini bukan lagi Ares, melainkan serigala besar dengan bulu berwarna hitam lebat. Berbeda dengan serigala yang pernah ia temui kemarin, serigala ini memiliki ukuran yang mungkin empat kali lipat lebih besar. Aura kekuasaan terasa sangat terasa di sini, mungkin itu adalah hal lazim bagi seorang Alpha.

HERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang