"Kalian semua kalah! Ucapkan selamat tinggal pada ketiga wanita ini,"
"LEPASKAN MATEKU, SIALAN!" teriak Ares.
Rexi tertawa, ia berjalan mendekati Ares yang masih terkurung dalam sangkar tak kasat mata itu.
"Lama tak berjumpa, sayang."
"Apa yang kau inginkan Rexi?! Tak cukupkah kau mengadu domba aku dan vampir itu, sialan?!" kata Ares. Dalam diam ia mencoba meleburkan sangkar ini. Dibantu dengan Mariana dan juga Manos.
"Kau! Yang ku inginkan adalah kau dan seluruh dunia ini dalam genggaman ku!" teriak Rexi. Ia menggapai wajah Ares tapi dengan cepat Ares menepis tangan Rexi.
"Jangan menyentuh ku,"
Ares memperhatikan Hera yang terombang-ambing tak berdaya akibat penyihir hitam itu. Hatinya sakit, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mate. Rasanya ia ingin menghantamkan kepala Rexi itu saja.
"Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu karena bukan tujuanku," Rexi beralih pada Peeter yang masih melihat salah satu dari teman Hera. Ternyata selama ini ia keliru, matenya masih ada, matenya tidak meninggalkannya.
"Bukankah senang melihat mate kita masih hidup?" tanya Rexi.
Mata Peeter langsung berkilat merah. "Apa yang kau lakukan, Rexi?! Apa maksud dari semua ini?!" tanya Peeter.
Kejadian beberapa waktu lalu sungguh membuat semua makhluk kebingungan. Dari Rexi yang yang awalnya berada dalam pihak Peeter, kemudian membalikkan serangan pada Peeter dan Ares. Setelah itu ia membawa mate Peeter yang ternyata adalah salah satu dari teman Hera. Lalu yang meninggal pada perang 300 tahun lalu itu siapa?
"Peeter, kau sangat bodoh dan naif!" ucap Rexi. "Bukankah hanya menjadi seorang ratu vampir itu sangat rendahan?" tanya Rexi.
"Jangan pernah kau menghina ratu vampir!" desis Peeter.
"Aku memanfaatkan kau yang sudah tenggelam akan kematian mate. Kau tau? Semua itu merupakan skenario dariku," katanya. "Jordan mati, matemu mati, kebencianmu terhadap Ares, peperangan, Ares tertidur, akulah orang dibalik semua itu! Ha ha ha! Aku cukup pintar bukan untuk menguasai dunia ini?"
"Sialan kau, Rexi!"
"Kau tau? Jordan adalah mateku," ucapnya.
Peeter tersentak, Jordan mate Rexi? Bagaimana bisa? Saudaranya itu tidak pernah memberitahunya.
"Tetapi aku lebih menyukai Ares dibanding Jordan," kata Rexi. "Tapi Ares tidak menyukaiku, dia malah menyukai mate yang belum ia temukan, bukankah kisah cinta yang sangat rumit?" lanjutnya lagi. "Daripada aku hidup bersama Jordan, lebih baik aku membunuhnya saja,"
Amarah Peeter semakin meningkat, betapa sangat bodohnya ia tidak tau bahwa Rexi adalah pembunuh saudaranya sendiri, Peeter bahkan menuduh Ares yang juga merupakan korban dari skenario yang Rexi buat. Dan bodohnya lagi ia malah meminta bantuan penyihir licik itu untuk mengalahkan Ares, tentu saja Rexi pun dengan senang hati membantu dan mengadu domba ia dan Ares.
"Hingga aku memanipulasi fikiran mu bahwa anak buahku yang hampir sekarat itu adalah matemu yang hilang bak ditelan bumi itu, ha ha ha! Dan akhirnya sampailah kita pada hari ini,"
Rexi mundur ke belakang, ia mengibaskan jubahnya lalu membelakangi para makhluk yang ia kurung itu.
"Waktu hampir tengah malam, hal yang bagus untuk mempersembahkan kepala Queen of the Earth--"
DUAR!!
Sebuah dentuman besar tercipta, asap hitam mengepul dari arah kurungan yang dibuat Rexi.
"Itu tidak akan pernah terjadi," ucap datar seseorang yang berada dibalik kungkungan asap. Dengan kekuatan yang ia miliki, Ares dapat menghancurkan sangkar Rexi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERA [END]
FantasyAwalnya Hera Athena Demeter hanya seorang manusia biasa yang mendapat beasiswa di Universitas Johannes Gutenberg Mainz, Jerman. Namun semua itu berubah ketika ia mendapati fakta bahwa ternyata ia merupakan manusia serigala. Objek yang selama ini ia...